SMP_Cerita Indrasakti - PDF Flipbook

SMP_Cerita Indrasakti

114 Views
59 Downloads
PDF 32,707,027 Bytes

Download as PDF

REPORT DMCA


Indrasakti

Cerita Rakyat dari Sumatra Utara

Ditulis oleh

Sahril

INDRASAKTI

Penulis : Sahril
Penyunting : Sri Kusuma Winahyu
Ilustrator : Gian Sugianto
Penata Letak : Papa Yon

Diterbitkan pada tahun 2016 oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang
diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit,
kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel
atau karangan ilmiah.

KATA PENGANTAR

Karya sastra tidak hanya rangkaian kata demi kata,
tetapi berbicara tentang kehidupan, baik secara realitas
ada maupun hanya dalam gagasan atau cita-cita manusia.
Apabila berdasarkan realitas yang ada, biasanya karya sastra
berisi pengalaman hidup, teladan, dan hikmah yang telah
mendapatkan berbagai bumbu, ramuan, gaya, dan imajinasi.
Sementara itu, apabila berdasarkan pada gagasan atau
cita-cita hidup, biasanya karya sastra berisi ajaran moral,
budi pekerti, nasihat, simbol-simbol filsafat (pandangan
hidup), budaya, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
kehidupan manusia. Kehidupan itu sendiri keberadaannya
sangat beragam, bervariasi, dan penuh berbagai persoalan
serta konflik yang dihadapi oleh manusia. Keberagaman
dalam kehidupan itu berimbas pula pada keberagaman dalam
karya sastra karena isinya tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia yang beradab dan bermartabat.

Karya sastra yang berbicara tentang kehidupan tersebut
menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya dan
seni imajinatif sebagai lahan budayanya. Atas dasar media
bahasa dan seni imajinatif itu, sastra bersifat multidimensi
dan multiinterpretasi. Dengan menggunakan media bahasa,
seni imajinatif, dan matra budaya, sastra menyampaikan
pesan untuk (dapat) ditinjau, ditelaah, dan dikaji ataupun
dianalisis dari berbagai sudut pandang. Hasil pandangan
itu sangat bergantung pada siapa yang meninjau, siapa
yang menelaah, menganalisis, dan siapa yang mengkajinya
dengan latar belakang sosial-budaya serta pengetahuan
yang beraneka ragam. Adakala seorang penelaah sastra
berangkat dari sudut pandang metafora, mitos, simbol,

iii

kekuasaan, ideologi, ekonomi, politik, dan budaya, dapat
dibantah penelaah lain dari sudut bunyi, referen, maupun
ironi. Meskipun demikian, kata Heraclitus, “Betapa pun
berlawanan mereka bekerja sama, dan dari arah yang
berbeda, muncul harmoni paling indah”.

Banyak pelajaran yang dapat kita peroleh dari membaca
karya sastra, salah satunya membaca cerita rakyat yang
disadur atau diolah kembali menjadi cerita anak. Hasil
membaca karya sastra selalu menginspirasi dan memotivasi
pembaca untuk berkreasi menemukan sesuatu yang baru.
Membaca karya sastra dapat memicu imajinasi lebih lanjut,
membuka pencerahan, dan menambah wawasan. Untuk itu,
kepada pengolah kembali cerita ini kami ucapkan terima
kasih. Kami juga menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada Kepala Pusat Pembinaan, Kepala Bidang
Pembelajaran, serta Kepala Subbidang Modul dan Bahan Ajar
dan staf atas segala upaya dan kerja keras yang dilakukan
sampai dengan terwujudnya buku ini.

Semoga buku cerita ini tidak hanya bermanfaat
sebagai bahan bacaan bagi siswa dan masyarakat untuk
menumbuhkan budaya literasi melalui program Gerakan
Literasi Nasional, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan
pengayaan pengetahuan kita tentang kehidupan masa lalu
yang dapat dimanfaatkan dalam menyikapi perkembangan
kehidupan masa kini dan masa depan.

Jakarta, Juni 2016
Salam kami,

Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum.

iv

SEKAPUR SIRIH

Cerita rakyat memiliki pengaruh terhadap perilaku dan
karakter masyarakat penuturnya. Cerita rakyat juga merupakan
bagian dari budaya masyarakat lokal. Tinggi rendahnya budaya
suatu masyarakat tercermin dari materi-materi budaya yang
ada pada masyarakat tersebut.

Sebuah cerita rakyat perlahan-lahan akan sirna jika
tidak dilestarikan. Oleh sebab itu, agar tidak punah, cerita
rakyat itu perlu dilestarikan dan didokumentasikan sekaligus
dipublikasikan sehingga generasi berikutnya dapat mengetahui
memedomani kandungan isinya. Sehubungan dengan hal
tersebut, penulisan buku cerita Indrasakti ini merupakan satu
upaya untuk melestarikan dan memublikasikan cerita rakyat.

Selanjutnya, penulis mengucapkan syukur alhamdulillah
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena buku ini diterbitkan
untuk dapat dibaca oleh siswa dan pencinta sastra di seluruh
Indonesia. Penulis telah berupaya untuk semaksimal mungkin
menulis buku ini lebih sempurna. Akan tetapi, jika terdapat
kelemahan dan kekurangan, penulis berharap kritik dan saran
untuk menyempurnakan buku ini pada edisi berikutnya.

Medan, April 2016

Sahril

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................... iii
Sekapur Sirih.......................................................... v
Daftar isi................................................................. vi
Indrasakti Raja Alai yang Perkasa............................. 1
Biodata Penulis....................................................... 51
Biodata Penyunting................................................. 53
Biodata Ilustrator................................................... 54

vi

INDRASAKTI RAJA ALAI YANG PERKASA

Dahulu kala di daerah pesisir pantai timur banyak
terdapat kerajaan kecil. Salah satu di antaranya adalah
Kerajaan Pagurawan. Kerajaan ini cukup makmur.
Kerajaan Pagurawan ini bertahta di Bandar Khalifah,
yaitu suatu daerah yang sekarang terletak di Kabupaten
Batubara, berbatasan dengan Kabupaten Serdang
Bedagai Sumatera Utara. Baginda raja memiliki seorang
permaisuri yang sangat cantik bernama Permaisuri
Putri Halimah.

Pasangan raja dan permaisuri ini dikarunia dua
orang putri yang cantik bernama Putri Khalsum dan
Putri Laila, serta seorang putra yang gagah dan tampan
bernama Indrasakti. Sebagai putra satu-satunya,
Indrasakti menjadi tumpuan harapan ayahnya. Ia
menjadi sosok yang istimewa di kerajaan. Keistimewaan
itu tercermin dalam ungkapan ‘bagai ditiup anak
malaikat, bagai dituntun anak bidadari.’ Kelahirannya
dirayakan secara besar-besaran karena baginda raja
merasa senang atas kelahiran putranya tersebut.

1

Pada saat upacara penabalan nama, dipanggillah
kelompok marhaban yang membacakan syair-syair
pujian dan nasihat terhadap sang bayi. Sebelum
melantunkan syair-syair, kelompok marhaban ini
terlebih dahulu membawakan nyanyian marhaban
dan barjanzi. Mereka menyanyikannya dengan cara
berdiri. Pada saat itu Permaisuri Putri Halimah
didampingi oleh baginda raja menggendong pangeran
Indrasakti berkeliling mendatangi setiap orang
kelompok marhaban itu. Saat berkeliling itu, ada dua
orang dayang mendampingi yang bertugas membawa
baki untuk tempat gunting dan satu orang lagi khusus
membawa baki yang di atasnya ada buah kelapa muda
yang diukir sebagai tempat rambut sang pangeran yang
telah dipotong. Di dalam buah kelapa muda itu terdapat
air dengan beberapa bunga mawar. Setiap anggota
kelompok marhaban yang dihampiri harus memotong
sedikit rambut sang pangeran, lalu memasukkannya ke
dalam buah kelapa muda. Setelah semuanya mendapat
giliran, ditunjuklah bidan kerajaan untuk membersihkan
rambut sang pangeran yang belum habis dipotong.

Setelah rambutnya selesai dipotong, tubuh
Pangeran Indrasakti dibersihkan lalu diberikan

2

pakaian yang baru. Baginda raja dan permaisuri duduk
dekat ayunan sang pangeran. Pangeran dipangku
oleh baginda raja. Kemudian dilanjutkan dengan
upacara tepung tawar oleh para sanak keluarga, para
pembesar kerajaan, dan undangan lainnya. Sementara
itu, kelompok marhaban masih dalam posisi berdiri
menyanyikan barjanzi.

Sehabis upacara tepung tawar, kelompok marhaban
pun selesai menyanyikan barjanzi. Acara dilanjutkan
dengan penabalan nama secara resmi dan diiringi
pembacaan doa oleh ustaz kerajaan. Selesai penabalan
nama dan pembacaan doa, sang pangeran dimasukkan
ke dalam buaian atau ayunan. Namun, sebelumnya
sang pangeran diberi ASI dulu oleh permaisuri.
Saat pangeran sudah mulai mengantuk, barulah ia
dimasukkan ke dalam buaian. Ayunan pangeran ini
terbuat dari rotan dan dihiasi dengan berbagai hiasan
warna-warni.

Pada saat sang pangeran di dalam buaian,
kelompok marhaban kembali berdiri sembari memegang
tali buaian dan mengayunnya secara perlahan. Pada
saat inilah syair-syair dinyanyikan secara bergiliran
oleh kelompok marhaban. Pada baris pertama dan

3

kedua syair dinyanyikan secara solo, tetapi pada
baris ketiga dan keempat, semua kelompok marhaban
menyanyikannya. Bahkan, terkadang para undangan
dan keluarga juga ikut menyahutinya. Adapun syair-
syair yang didendangkan itu sebagai berikut.

Dengan bismillah kami mulai
Alhamdulillah shalawatnya nabi
Dengan takdir allah urobbi
Sampailah maksud yang dicintai

Bismillah itu mula pertama
Zat dan sifat ada bersama
Keadaan zat menyertakan sama
Qidam dan baqa sedialah nama

Setelah turun rahim bapakmu
Ke dalam batin rahim ibumu
Empat puluh hari nattefah namamu
Di situ dimulai pantang ibumu

Setelah sampai delapan puluh hari
Alkah namamu pula diberi
Sehingga sampai seratus dua puluh hari
Alkolah pula konon dinamai

4

Empat bulan sampailah tuan
Sudah menjadi kaki dan tangan
Cukuplah dengan sifat sekalian
Nyawanya lagi belum didatangkan

Setelah sampai saat dan waktu
Datanglah nyawa lalu bersatu
Di dalam tubuh tempat nyawa itu
Hawa dan nafsu sudah berlaku

Dikandungkan ibumu sembilan bulan
Nasi dan air tiada tertelan
Memperanakkan engkau berapa kesakitan
Kadang bercerai nyawa di badan

Tatkala engkau jatuh ke lantai
Dengan segera bidan mencapai
Sudah dimandikan lalu dipakai
Tinggal ibumu lemah gemulai

Sudah dipakai lalu diazan atau dikomat
Mintalah doa supaya selamat
Ingatlah pesan Nabi Muhammad
Di atas dunia mengerjakan syariat

5

Seorang anak cinta yang lama
Sekarang sudah kami terima
Seorang anak diberi nama
Kami ayunkan bersama-sama

Emas dan perak kami ayunkan
Anak ditaruh di dalam ayunan
Tali ayunan kami pegangkan
Emas dan perak kami nyanyikan

Kusmangat putraku tuan
Jangan termamang dalam ayunan
Dipanggil kami orang sekalian
Ibu bapakmu minta ayunkan

Dipanggil kami orang sekalian
Oleh ibu bapakmu tuan
Serta diberi minum dan makan
Menyertakan syukur kepada Tuhan

Syukur kepada Allah Taala
Karena mendapat intan gemala
Memberi sedekah beberapa pula
Dengan sekadar ada segala

6

Dipanggil sekalian kaum kerabat
Serta sekalian handai sahabat
Segala jiran kawan berdekat
Semuanya datang dengan selamat

Jauh dan dekat datang sekalian
Besar dan kecil, laki-laki dan perempuan
Setengahnya datang ada yang berjalan
Setengahnya berjalan berpayung awan

Ingatlah kami datang bertalu
Mengunjungi engkau hilir dan ulu
Mengayun engkau maksud begitu
Karena niat ibu bapakmu

Jika panjang sudah umurmu
Jasa mereka balas olehmu
Wahai anakku pikir olehmu
Besarlah hati ibu bapakmu

Ayuhai anak jangan dibantah
Ibumu memeliharakan terlalu susah
Dialih ke kiri ke kanan pun basah
Habis berlumur kencing dan muntah

7

Ibu bapakmu mari dengarkan
Anak diayun kami nyanyikan
Bersama-sama kita doakan
Harap Allah minta perkenan

Ayuhai anakku sudah bangsawan
Pengajaran ibumu jangan dilawan
Dipelihara dari ribut dan topan
Takut terkena penyakit setan

Dilabuhkan tirai semut pun lalu
Pelita dipasang dalam kelambu
Sembur dan barut datang bertalu
Minta jauhkan setan dan hantu

Kalau datang petir dan ribut
Ramuan dibakar engkau dibarut
Di dalam hati terlalu takut
Memeliharakan engkau jangan terkejut

Ada pun anak masa kecilnya
Harum-haruman ibu bapaknya
Hingga sampai masa umurnya
Tujuh tahun genap bilangannya

8

Tujuh tahun sampai kiraan
Umur anak muda bangsawan
Inilah anak jadi perhiasan
Kepada ibu bapakmu tuan

Sehingga sampai umurnya tuan
Sepuluh tahun cukup bilangan
Ketika itu menjadi tulan
Atau seteru menjadi lawan

Demikianlah anak kami khabarkan
Ibu bapakmu minta pikirkan
Carilah ilmu janganlah segan
Memeliharakan anak serta pelajaran

Dipeliharakan oleh ibu bapakmu
Sehingga sampai sudah umurmu
Serahkan mengaji ke hilir ke ulu
Karena besar niat ibumu

Jikalau engkau tamat mengaji
Hati ibumu besar sekali
Tiada diberi ke sana sini
Sehingga kitab mulai dikaji

9

Jikalau engkau pandai berkitab
Bahasa jawi dengannya arab
Baru ibumu hatinya tetap
Makan dan minum barulah sedap

Kitab quran dibaca qori
Disuruh pula pergi ke haji
Pergi memijak tanah yang suci
Supaya terbuang kelakuan yang keji

Jika besar cahayanya mata
Ajarkan ilmu agama kita
Jika ilmu tak ada di kita
Serahkan kepada alim pendeta

Demikianlah anak supaya berilmu
Baik dan jahat nyata di situ
Dengan sebab demikian itu
Jadilah baik sebarang perilaku

Jikalau anak tanda bahagia
Di mana pesan dipegangnya juga
Walaupun miskin walaupun kaya
Obatnya juga sehabis daya

10

Jika sudah engkau nan besar
Pengajaran ibumu hendaklah dengar
Perkataan bapakmu hendaklah dengar
Itu menjadi kata nan benar

Pengajaran bapakmu diikut-ikut
Engkau masukan ke dalam perut
Bawa olehmu pergi menuntut
Mudah mendapat apa-apa maksud

Jikalau menuntut engkau mendapat
Terpujilah engkau dunia akhirat
Berhimpun sekalian handai sahabat
Mana yang jauh bertambah dekat

Jika dapat ilmu yang setia
Serta engkau yakin percaya
Di dalam akhirat tanah yang mulia
Duduk di dalam pangkuan aulia

Jikalau mendapat ilmu yang teguh
Engkau amalkan bersungguh-sungguh
Tertutuplah pintu neraka yang tujuh
Teranglah jalan seperti suluh

11

Jikalau engkau pandai mengaji
Barulah engkau bersuka hati
Kepada tuhan engkau terpuji
Mendapatlah engkau surga yang tinggi

Jikalau tidak demikian peri
Tentulah anak tidak mengerti
Jadilah anak buta dan tuli
Baik dan jahat sama sekali

Jika anak tiada pelajaran
Halal dan haram diserupakan
Bersifat salah tidak berpengetahuan
Akhirnya anak menjadi lawan

Anak melawan sudahlah pasti
Ibu bapak tidak peduli
Sebab tidak kita ajari
Dunia dan akhirat kita nan rugi

Betapa tidak rugi demikian
Dari kecilnya kita peliharakan
Beberapa belanja harta dihabiskan
Sudahlah besar menjadi lawan

12

Di dalam dunia demikian peri
Di akhirat azab diterima lagi
Pelajaran ada tidak peduli
Anak dibiarkan bersuka hati

Nyata kerugian ibu dan bapak
Karena tidak mengajar anak
Sebab itu janganlah tidak
Ikhtiarkan sungguh pelajaran anak

Dengan sebenarnya pelajaran itu
Bolehlah baik tingkah dan laku
Jadilah anak orang nomor satu
Dunia akhirat boleh membantu

Anak demikian jikalau didapat
Laksana penyakit menjadi obat
Demikianlah tuan mula ibarat
Maklumlah tuan karena makrifat

Jikalau anak tiada mengikut
Nazar ibunya mukanya kerut
Masa mau mati ia terkejut
Di dalam quran sudah tersebut

13

Wahai anakku hendaklah ingat
Jangan diikut iblis laknat
Kerjakan olehmu amal yang taat
Engkau jauhkan sekalian maksiat

Wahai anakku muda cemerlang
Neraka itu hangat bukan kepalang
Tersentuh ke daging sampai ke tulang
Jerit dan tangis diulang-ulang

Ayuhai ibu ayuhai bapak
Demikian nasihat kami serentak
Harap perkenan janganlah tidak
Mudahlah sampai barang kehendak

Wahai anakku dalam ayunan
Kami berpesan engkau ingatkan
Di atas kepala engkau junjungkan
Di dalam hati engkau taruhkan

Kami mengayun terlalu banyak
Supaya tidurmu bertambah nyenyak
Engkau masukan ke dalam otak
Dibawa berjalan jangan tercampak

14

Wahai anak muda jauhari
Pesanan kami engkau ingati
Engkau masukan ke dalam hati
Jangan ditaruh di ibu kaki

Wahai anak muda cemerlang
Engkau doakan malam dan siang
Sembahyang itu jangan dibuang
Dosanya besar bukan kepalang

Ya Allah malaikul ufrah
Anaknya ini besarkan tuah
Siang dan malam makin bertambah
Sehingga sampai ia bertuah

Sehingga itu berhati sudah
Mengayun anak nazam ditambah
Harap selamat berhati sudah
Supaya ibumu janganlah gundah

Wahai anak muda kami ayunkan
Engkaulah ini kami doakan
Umur yang pendek minta panjangkan
Rezeki yang halal minta murahkan

15

Ya Allah malikul robbi
Limpahkan makmur sehari-hari
Sehatkan badan terangkan hati
Anaklah ini murahkan rezeki

Ya Allah malikul zabar
Anaklah ini lekaslah besar
Jauhkan dari neraka yang mungkar
Dunia akhirat supaya terbesar

Ya Allah malikul robbi
Anaklah ini tetapkan hati
Minta kurnia pangkat yang tinggi
Di akhirat boleh engkau terpuji

Ya Allah malikul rahman
Anaklah ini tetapkan iman
Amal ibadat minta kuatkan
Setan dan iblis minta jauhkan

Ya Allah malikul manan
Doalah kami minta perkenan
Siang dan malam sepanjang zaman
Bala dan fitnah mohon dijauhkan

16

Ya Allah kholikul bakhri
Beri petunjuk sekalian kami
Iman dan taat jadikan kami
Dunia akhirat minta disenangi

Wahai anakku segeralah tidur
Lekaslah besar supaya termasyur
Jika anakku tidaklah tidur
Ibu bapakmu menjadi hibur

Ayuhai anak ingat olehmu
Harap dibalas jasa ibumu
Serta pula jasa bapakmu
Kemudian pula handai sahabatmu

Sehingga ini berarti mudah
Mengayun anak nazam ditambah
Nazam dimulai dengan bismillah
Disudahi pula dengan Alhamdulillah

Tamatlah sudah anak diayun
Sanak saudara yang ada sekalian
Serta meminta kita doakan
Supaya tenang anak budiman

17

Telah selesai kami nyanyikan
Kami meminta serta diselamatkan
Kami bersyair jangan dimudahkan
Syair seumur hidup anak ingatkan

Habislah nasihat tamatlah kalam
Syair Fatimah yang punya salam
Salah perkataan tersebut kalam
Jangan disimpan di hati dalam

Tamatlah syair yang hamba bacakan
Sekadar inilah yang didapatkan
Entah ia entah pun bukan
Tiadalah dapat hamba ceritakan

Desa lalang kampung mulia
Di situlah rumah senantiasa
Ditolong allah tuhan yang esa
Tamatlah syair selamat sentosa

Makdum konon nama yang nyata
Mengarang syair belum biasa
Duduk di rumah senantiasa
Karena hamba sudahlah tua

18

Jikalau ada jarum yang patah
Jangan disimpan di dalam peti
Jikalau ada perkataan yang salah
Jangan disimpan di dalam hati

Dalam upacara penabalan nama bagi sang
pangeran ini disediakan pula berbagai makanan untuk
para tamu yang hadir di balairung istana. Berbagai
makanan tradisional tersedia, seperti kue pacis, kue
kara, tengguli durian, kue dadar ketayap, kue gading
galuh, kue talam ubi, kue paria, bubur pedas, dan
berbagai juadah lainnya. Masyarakat berjubel di alun-
alun untuk merayakan kebahagiaan sang baginda raja
mereka dan turut menikmati berbagai macam makanan
yang disediakan oleh kerajaan.

Suasana Kerajaan Pagurawan di bawah
kepemimpinan sang baginda cukup makmur. Beliau
memimpin cukup bijaksana dan adil sehingga seluruh
rakyatnya mencintai sang baginda raja.

Sebagai orang Melayu, baginda raja memegang
teguh prinsip orang Melayu, yaitu berturai, bergagan,
bersyahadat. Berturai bermakna mempunyai sopan
santun, baik bahasa maupun perbuatan dan memegang

19

teguh adat resam, serta menghargai orang yang
datang. Konsep ini tertuang dalam ungkapan Melayu
“Usul menunjukkan asal, bahasa menunjukkan bangsa.
Taat pada petuah, setia pada sumpah. Mati pada janji,
melarat karena budi. Hidup dalam pekerti, mati dalam
budi. Tak cukup telapak tangan, nyiru kami tadahkan.
Apabila meraut selodang buluh, siapkan lidi buang
miang-nya. Apabila menjemput orang jauh, siapkan
nasi dengan hidangannya. Sekali air bah, sekali tepian
berubah.”

Ber-gagan bermakna keberanian dan kesanggupan
menghadapi tantangan, harga diri, dan kepiawaian.
Petuah ini tertuang dalam ungkapan “Kalau sudah
dimabuk pinang, daripada ke mulut, biarlah ke hati.
Kalau sudah maju ke gelanggang, berpantang surut
biarlah mati. Bermula dari hulu, haruslah berujung pula
ke hilir. Apa tanda si anak melayu, matinya di tengah
gelanggang, tidurnya di puncak gelombang, makannya
di tebing panjang, langkahnya menghantam bumi,
lenggangnya menghempas semak, tangisnya terbang ke
langit, isaknya ditelan bumi, yang tak kenalkan airmata,
yang tak kenalkan tunduk kulai”.

20

Ber-sahadat  bermakna Orang Melayu disebut
Melayu jika sudah mengucap kalimat syahadat, yaitu
mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai
Rasul anutan. Dalam konsep perilaku orang Melayu
disebutkan “Bergantung kepada satu, berpegang kepada
yang Esa. Untuk apa meramu samak, kalau tidak dengan
pangkalnya, untuk apa berilmu banyak, kalau tidak
dengan amalnya. Anak Jambi sedang menampi, alahai
anak tinggal sanggulnya, banyak jampi perkara jampi
Allah jua letak kabulnya”.

Dalam memimpin, sang baginda raja teringat
pesan ayahandanya pada saat sang baginda masih
kecil. “Kalau hendak tahu pemimpin sejati,  tengoklah
ia memimpin negeri:  memerintahnya di jalan Allah,
memerintahnya dengan petuah amanah,  memerintah
tidak semena-mena,  memerintah tidak mengada-
ada, memerintah dengan berlapang dada, memerintah
dengan akal budinya, memerintah dengan bermanis
muka, memerintah dengan berlembut lidah, memerintah
dengan adilnya,  berkuasa tidak membinasakan,  kuat
tidak mematahkan,  besar tidak mengecilkan,  tinggi
tidak merendahkan, kaya tidak menistakan”.

21

Kerajaan Pagurawan di bawah kepemimpinan
sang baginda raja sangat maju, ramai dengan aktivitas
perdagangan, dan kaya akan sumber alam. Tidak
heran banyak kerajaan lainnya yang cemburu terhadap
kerajaan ini. Akhirnya, kebahagiaan sang raja dan
rakyatnya tidak dapat dipertahankan.

***
Di daerah pesisir pantai berdiri banyak kerajaan
kecil yang sebenarnya bertetangga. Akan tetapi,
karena ada keserakahan serta rasa cemburu para
rajanya terhadap kerajaan tetangganya, pada tiap-
tiap kerajaan tersebut sering terjadi perperangan
untuk memperluas wilayah kekuasaan. Salah satunya
adalah Kerajaan Inderapura. Raja Inderapura yang
bersemayam di Inderapura pada suatu ketika tiba-tiba
menyerang Kerajaan Pagurawan dan menyiksa para
rakyat Negeri Pagurawan yang mencoba melawan atas
kehadiran pasukan Raja Inderapura.
Pada saat peperangan itu sedang berkecamuk, Raja
Pagurawan berkesempatan menyembunyikan putra-
putrinya, dan kembali menentang Raja Inderapura.
Namun, kekuatannya tidak sepadan. Kerajaan
Pagurawan takluk oleh pasukan Raja Inderapura. Raja

22

Pagurawan dan permaisuri disandera dan keduanya
dibawa ke Kerajaan Inderapura sebagai tawanan
mereka.

Semenjak peristiwa penyerangan oleh Raja Indera­
pura tersebut, keberadaan keluarga Raja Pagurawan
pun kucar-kacir. Anak-anaknya yang disembunyikan
masing-masing menyelamatkan diri dan berpencar-
pencar. Para dayang dan pengawal entah ke mana
perginya. Ada juga yang tewas dalam peperangan itu.

Setelah beberapa hari usai peperangan itu, ketika
diketahui bahwa kedua orang tuanya telah disandera
oleh Raja Inderapura, Putri Khalsum sebagai anak tertua
merasa mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan
kedua orang tuanya. Ia berangkat mencari kedua orang
tuanya. Setelah berjalan dengan susah payah dalam
beberapa hari, akhirnya ia sampai ke wilayah Kerajaan
Gambus.

Ketika sampai di wilayah Kerajaan Gambus Putri
Khalsum kebingungan, hendak ke mana langkah kaki
menuju. Ia tidak memiliki sanak keluarga dan kenalan
di wilayah itu. Akan tetapi, karena Allah masih
melindunginya dalam kebingungan itu, ia bertemu
dengan seorang perempuan tua.

23

“Wahai cucuku, hendak ke manakah tujuan
engkau?” sapa nenek kepada Putri Khalsum.

Dengan tergugup Putri Khalsum menjawab,
“Entahlah, Nek. hamba tidak tahu mau ke mana arah
dituju, tidak ada sanak keluarga yang hendak menjamu.
Hamba hanya menurut arah angin dan ayunan langkah
saja, Nek!”

Mendengar dan melihat kebingungan Putri
Khalsum, akhirnya sang nenek jatuh kasihan dan
membawa sang putri ke rumahnya.

“Kalau Cucunda tidak keberatan, marilah tinggal
di gubuk nenek!” sembari menunjuk sebuah rumah yang
tidak jauh dari tempat mereka bertemu. Dengan rasa
syukur, Putri Khalsum tidak kuasa berkata. Ia hanya
mengangguk setuju untuk tinggal di rumah nenek itu.
Akhirnya, Putri Khalsum ditampung dan diangkat anak
oleh nenek tersebut. Nenek itu adalah seorang janda
bernama Kasihan.

Suatu ketika Raja Gambus berkeliling ke wilayah
kekuasaannya untuk melihat kondisi rakyatnya. Tiba-
tiba beliau melihat Putri Khalsum dan langsung tertarik.
Di dalam hatinya, sang raja berkata, “Aku belum pernah
melihat gadis secantik putri ini. Pasti gadis ini bukanlah

24

orang yang berasal dari kampung ini.” Sekembali dari
kegiatan berkeliling melihat kondisi rakyatnya, Raja
Gambus memanggil seorang pengawal dan menyuruhnya

25

untuk menyelidiki siapa gerangan gadis yang dilihatnya
tadi siang itu.

Esok harinya, si pengawal langsung menyelidiki
keberadaan gadis yang dimaksud oleh rajanya itu.
Setelah diselidiki oleh pengawal raja, diketahui siapa
sebenarnya sang gadis yang telah memikat hati Raja
Gambus itu. Singkat cerita, Raja Gambus pun meminang
sang putri. Pernikahan mereka dirayakan besar-besaran.
Semua rakyat diundang. Memang, Raja Gambus tidak
memiliki permaisuri. Permaisurinya telah meninggal
beberapa tahun yang lalu.

***
Di lain kisah, Putri Khalsum telah pergi mencari
kedua orang tuanya dan sudah sekian lama tidak juga
kembali. Putri Laila pun tidak mau tinggal seorang diri.
Ia juga berangkat mencari sanak saudaranya. Setelah
beberapa hari berjalan tanpa ditemani siapa pun,
akhirnya sampai juga ia di wilayah Kerajaan Gambus.
Nasibnya pun sama seperti kakaknya. Ia berangkat
ke tempat yang asing, tanpa ada tempat tujuan pasti.
Namun, karena niatnya untuk menyelamatkan kedua
orang tuanya, Allah selalu melindunginya.

26

Putri Laila bertemu dengan sepasang suami istri
yang sedang mencari kayu. Melihat ada seorang anak
gadis berjalan kebingungan di hutan, sepasang suami
istri itu menyapanya,“Wahai Ananda, hendak ke
manakah engkau di dalam hutan ini. Siapa temanmu
berjalan?”

Setelah menceritakan segala hal yang dialami
oleh keluarganya, sepasang suami istri itu mengajak
Putri Laila ke rumah mereka. Kebetulan mereka belum
dikaruniai seorang anak pun. Putri Laila diangkat anak
oleh sepasang suami istri yang miskin itu.

Suatu ketika, atas kehendak Allah, Putri Khalsum
yang telah menjadi permaisuri Raja Gambus melihat
Putri Laila. Ia langsung mengenali bahwa gadis itu
adalah adiknya karena kalung yang menggantung di
leher gadis itu sama dengan kalung yang dipakai Putri
Laila.

“Wahai Adinda, siapakah namamu dan dari
manakah asalmu?” tanya Putri Khalsum. Mendengar
sapaan itu, Putri Laila melihat kepada orang yang
menyapanya. Betapa terkejut saat ia melihat orang
yang menyapa itu. Akan tetapi, ia masih belum yakin

27

bahwa orang itu adalah kakaknya. Apalagi wanita yang
menyapanya itu adalah permaisuri raja.

“Ampun, Tuan Permaisuri. Nama hamba adalah
Laila, asal hamba dari Pagurawan!” Mendengar
jawaban itu, Putri Khalsum memandang lekat-lekat ke
arah Laila. Ia belum yakin bahwa itu adalah adiknya.
Akan tetapi, saat ujung matanya melihat kalung yang
dipakai oleh Laila, ia yakin Laila adalah adiknya. Putri
Khalsum langsung memeluk adiknya. Mereka saling
bertangisan, saling melepas rindu karena sudah sekian
lama tidak bertemu.

Setelah pertemuan itu, disepakatilah mereka
akan mencari adiknya yang bungsu, yaitu Indrasakti.
Akhirnya permaisuri dan Raja Gambus pergi ke
Pagurawan. Akan tetapi, ternyata Indrasakti sudah
berangkat meninggalkan negerinya.

Dalam pengembaraannya, Indrasakti berjalan di
hutan rimba hingga sampai di rumah Nenek Maimunah.
Ia bercerita tentang asal-usul dan kedatangannya di
daerah tersebut. Mendengar kisah itu, Nenek Maimunah
mengangkatnya sebagai anak dan memberitahu bahwa
Putri Laila telah diculik oleh Raja Simalungun.

28

Sebenarnya, Raja Simalungun datang ke negeri
Raja Gambus untuk meminang Putri Syarifah. Namun,
saat itu Raja Gambus sedang berada di Pagurawan
bersama permaisuri, sedang mencari Indrasakti. Oleh
karena itu, empat orang menteri yang bertanggung
jawab terhadap kerajaan tidak bisa menerima pinangan
tersebut. Raja Simalungun menjadi murka dan marah,
Kemudian, empat menteri Kerajaan Gambus tersebut
ditawan dan Putri Laila dibawa pulang oleh Raja
Simalungun ke negerinya.

Di lain pihak dalam petualangannya, Indrasakti
berguru ilmu-ilmu kesaktian serta berbagai aturan
budi bahasa kepada Nenek Syaidah. Setelah itu, ia
pergi mencari kakaknya yang diculik Raja Simalungun.
Di tengah perjalanan, Indrasakti juga berguru kepada
Tuan Syeh Zein.

Selanjutnya, Indrasakti kembali ke Pagurawan
dan diakui sebagai saudara oleh seorang anak miskin,
yang bernama Sulaiman. Mereka berdua kemudian
pergi ke istana Raja Pagurawan. Pada waktu itu pula
Raja Simalungun datang menyerang Negeri Pagurawan
sehingga terjadilah peperangan dahsyat antara kedua
belah pihak hingga malam hari. Pada waktu tengah

29

malam, saat peperangan berhenti karena kelelahan
dan semua orang tertidur, Indrasakti masuk ke markas
pasukan Raja Simalungun dan memperagakan ilmu
kesaktiannya. Orang Simalungun ketakutan. Pada
malam itu pula ia pulang ke negerinya.

Ketika pagi menjelang, Raja Gambus heran karena
musuhnya sudah lari. Raja Gambus kemudian bertekad
mengejar Raja Simalungun tersebut. Indrasakti sadar
bahwa Raja Gambus tidak akan mampu melawan Raja
Simalungun. Oleh sebab itu, agar Raja Gambus tidak bisa
mengejar Raja Simalungun, kuda-kuda Raja Gambus
dilepaskan dari kandangnya. Kemudian, Indrasakti
yang bisa mengubah dirinya menjadi makhluk gaib dan
burung garuda itu sendiri yang berangkat ke negeri
Simalungun untuk menyelamatkan kakaknya, Putri
Laila. Ketika sampai di Simalungun, rakyat Simalungun
disirapnya, Kemudian, peti yang digunakan untuk
menawan Putri Laila ia bawa kembali ke Pagurawan.
Sesampai di Pagurawan, tidak ada seorang pun yang
mampu menggerakkan, apalagi membuka peti itu.

Ketika melihat peti yang berisi Putri Laila telah
dicuri, Raja Simalungun kembali menyerang Kerajaan
Pagurawan. Saat itu, Raja Gambus masih berada di

30

Pagurawan dan kembali berhadapan dengan Raja
Simalungun. Indrasakti kemudian muncul untuk
menghadapi Raja Simalungun. Peti yang berisi Putri Laila
diangkat dan dibukanya sehingga Putri Laila terbebas.
Raja Simalungun memohon maaf karena ia tidak tahu
yang ia culik itu bukanlah Putri Syarifah, melainkan
Putri Laila. Akhirnya, Raja Simalungun berdamai dengan
Indrasakti. Indrasakti kembali tampil dengan rupa
seperti semula dan memperkenalkan diri. Raja Gambus
selanjutnya dinobatkan sebagai Raja Pagurawan,

31

sedangkan seorang hulubalang tua diangkat sebagai
pengganti di negeri asalnya, Kerajaan Gambus.

Putri Laila makin besar dan cantik. Banyak anak
raja yang datang meminangnya. Namun, ia tidak
bersedia menikah sebelum bertemu lagi dengan kedua
orang tuanya. Indrasakti bersemedi dan mengimbau
guru-gurunya, Nenek Syaidah dan Tuan Syeh Zein agar
mengajarkan ilmu dan aturan baru kepadanya untuk
bekal mencari orang tuanya. Setelah tirakat empat
puluh hari di dalam hutan, datanglah penjaga pintu
Inderapura, Datuk Zainuddin. Ia menjemput Indrasakti
untk dibawanya ke Inderapura untuk dipertemukan
dengan orang tuanya. Saat itu, Indrasakti juga belajar
ilmu baru kepada Datuk Zainuddin.

Indrasakti kemudian berperang dengan Raja
Inderapura dan berhasil mengalahkannya. Namun,
akhirnya mereka menjadi saudara angkat. Setelah
itu, Indrasakti membawa kedua orang tuanya
kembali ke Pagurawan. Akhirnya, seluruh keluarga
berkumpul kembali. Raja Pagurawan tampil kembali
di depan rakyatnya. Beliau kemudian menunjuk Raja
Gambus sebagai penggantinya untuk menduduki tahta
kerajaan dan memberikan berbagai nasihat tentang

32

pemerintahan. Negeri Pagurawan makin ramai dan
makmur.

Suatu ketika, datanglah Raja Kualuh dari Kerajaan
Kualuh untuk meminang Putri Laila. Setelah para menteri
kedua pihak berunding, pinangan pun disepakati dan
pesta perkawinan dilangsungkan. Setahun kemudian,
barulah Raja Kualuh mohon diri dari Pagurawan.

Raja Pagurawan kemudian memberikan berbagai
petuah kepada menantunya tentang sifat manusia
yang luhur serta adat membuka negeri. Sementara
itu, ibunda Permaisuri Halimah memberikan nasihat
kepada Putri Laila selaku istri Raja Kualuh dalam bentuk
pantun.

Menjadi bini karena adat
Untung malangnya tergantung kodrat
Nasib baik membawa manfaat
Nasib buruk hidup melarat

Menjadi bini ia amanah
Iman teguh taat ibadah
Kepada keluarga kasih tercurah
Suami disanjung anak dijaga

33

Menjadi bini ianya elok
Perangai mulia rupa tak buruk
Bekerja rajin tak sempat duduk
Memelihara keluarga mau berteruk

Menjadi bini ia idaman
Budi mulia dada beriman
Elok manis barang kelakuan
Lidah lembut bercakap sopan

Menjadi bini ianya kaya
Kaya budi ataupun harta
Nasib baik elok perangainya
Benasib buruk datanglah bala

Menjadi bini ianya rajin
Bekerja sungguh tak main-main
Memelihara keluarga mau berlenjin
Dijadikan bini hidup terjamin

Sempurna lahir dengan batinnya
Sempurna akal dengan budinya
Sempurna iman dengan taqwanya
Dijadikan bini sempurna hidupnya

34

Menjadi bini membawa tuah
Hati ikhlas bermanis madah
Suami dijunjung anak dipelihara
Bekerja keras pantang membantah

Bekerja keras pantang membantah
Tahan bersakit mau bersusah
Ditimpa cobaan hatinya tabah
Dijadikan bini hidup sakinah

Menjadi bini ia berfaham
Dadanya lapang ilmu pun dalam
Rajin bekerja tak mau diam
Orang memuji luar dan dalam

Kepada suami penuh pengabdian
Kepada anak belas kasihan
Kesanak saudara berkasih-kasihan
Kepada sahabat ia teladan

Menjadi bini ianya patut
Budinya manis lidah pun lembut
Ditunjuk diajar ia mengikut
Dijadikan bini tuah menyambut

35

Menjadi bini mulia pekerti
Imannya teguh marwah pun tinggi
Taat setia kepada laki
Dijadikan bini bercerai mati

Menjadi bini ia teladan
Elok laku sempurna iman
Hidup berkeluarga berkasih-kasihan
Dijadikan bini diberkahi Tuhan

Raja Kualuh berangkat bersama dengan Putri Laila
dan ditemani oleh Indrasakti. Ketika sampai di Kualuh,
mereka dielu-elukan oleh rakyatnya dan ibunda raja
mengadakan perayaan tujuh hari tujuh malam.

Beberapa tahun kemudian, Indrasakti berangkat
bersama menteri dan hulubalang tua untuk melihat-
lihat Laut Sialang sambil memperdalam ilmunya. Daerah
pertama yang mereka kunjungi sangat indah dan sentosa,
berkat kebijaksanaan penghulu, yang memerintah
menurut adat dan keadilan. Sebaliknya, daerah kedua
yang mereka lihat miskin dan kacau balau, karena
diperintah oleh Raja Panjang yang tamak dan zalim.

36

Indrasakti kemudian berperang dengan raja itu dan
berhasil menaklukannya. Menteri tua yang bersamanya
ditunjuk dan dilantik untuk memerintah di daerah
itu. Sementara itu, Indrasakti kembali melanjutkan
perjalanannya.

37

Indrasakti sampai ke negeri Raja Cermin. Saat
itu, banyak anak raja dari negeri lain datang untuk
meminang putri Raja Cermin yang bernama Putri Sri
Delima. Ada tujuh orang anak raja lain yang ditolak
pinangannya. Karena pinangan ditolak, mereka
bermaksud hendak membalas dendam dan membunuh
Raja Cermin. Indrasakti kemudian menolong Raja
Cermin dan berhasil mengalahkan mereka semua, yaitu
ketujuh anak raja lain tersebut dan menyuruh mereka
pulang ke negerinya masing-masing.

Ketika Indrasakti berhasil mengalahkan
ketujuh putra raja, Raja Cermin berkeinginan untuk
menjodohkan Putri Sri Delima kepadanya. Tetapi, saat
itu Indrasakti sendiri belum bersedia memperistri Putri
Sri Delima dan memilih untuk melanjutkan perjalanan.
Dalam perjalanan, Indrasakti bertemu dengan sebuah
kapal yang besar sekali di Selat Melaka, yang diperintah
oleh seorang raja zalim, bernama Raja Garang. Raja
Garang memaksakan kehendaknya kepada setiap kapal
yang lewat di Selat Melaka.

Sebelum melanjutkan perjalanan, Indrasakti
terlebih dahulu menumpas pasukan Raja Garang,

38

sehingga kondisi Selat Melaka menjadi aman, tidak ada
lagi perompak.

Beberapa tahun kemudian, Indrasakti telah menjadi
seseorang laki-laki yang berilmu dan berpengalaman.
Dalam perjalanannya, ia sampai ke negeri Raja Percut.
Saat itu, negeri Raja Percut sedang diserang oleh Raja
Kampai yang ingin mengawini putri raja bernama Putri
Halimah Pinang, tetapi lamarannya ditolak. Indrasakti
menantang Raja Kampai dan berhasil mengalahkannya
setelah berperang selama tujuh hari tujuh malam.
Untuk membalas jasa Indrasakti, Raja Percut kemudian
mengangkatnya sebagai anak.

Indrasakti berlayar lagi dan mencapai sebuah
tempat yang sangat indah dan subur, yang dinamakan
Alai (sekarang Kuala Tanjung, sebagai lokasi berdirinya
pabrik aluminium, PT. Inalum). Tempat-tempat lain di
sekitar daerah itu kemudian ia beri nama sebagai tanda
akan dibukanya sebuah negeri di daerah tersebut.
Nama-nama daerah baru tersebut adalah Sono, Dusun
Lalang, Sungai Padang, Tasak, Tanjung Kopi, Sungai
Rindam dan Pandau.

Indrasakti yang memiliki ilmu sangat tinggi, namun
ia merasa belum juga puas. Akhirnya, Indrasakti

39

40

sampai ke negeri orang Bunian (makhluk halus yang
orang awam tidak bisa melihatnya, hanya orang yang
berilmu tinggi yang mampu melihatnya) dan Indrasakti
lama tinggal dan berdiam bersama mereka. Indrasakti
berkenalan dengan segala jenis makhluk gaib dan
menjadi saudara angkat Raja Bunian. Mereka bertukar
ilmu dan kesaktian. Setelah beberapa tahun di negeri
Bunian, Indrasakti kembali ke Sono dan melakukan
upacara membuka negeri. Hulubalang tua disuruhnya
mendirikan kampung di daerah tersebut, sedangkan ia
sendiri kembali ke Laut Sialang dan Pagurawan.

Dalam perjalanan pulang, Raja Indrasakti teringat
akan Putri Halimah Pinang, putri Raja Percut yang
cantik jelita. Dalam khayalannya, terbersit beberapa
bait pantun sebagai ungkapan kerinduannya kepada
Putri Halimah Pinang.

Malam-malam berlayang-layang
Putus tali tak kelihatan
Siang malam terbayang-bayang
Putri Halimah sang pujaan

Inikah namanya pohon randu
Tanam berbaris di ujung hulu

41

Beginikah rasanya rindu
Bagai terhiris pisau sembilu

Randu di alam memanglah randu
Bukan pualam bukanlah batu
Siang kurindu malam kurindu
Mogalah kita dapat bersatu

Jangan pernah bermain dadu
Nanti nasib menjadi malang
Tak kuat menahan rindu
kanda datang untukmu sayang

Begitulah gejolak asmara Indrasakti saat hendak
menuju negeri Percut. Dia berharap akan bertemu Putri
Halimah Pinang. Ada keinginannya untuk meminang sang
putri. Akhirnya, sampai jugalah dia di negeri Raja Percut
dan disambut oleh raja dan para pembesar kerajaan.

“Wahai panglima perkasa, ananda kami Raja
Indrasakti, sangatlah senang hati hamba menerima
kedatangan ananda ke negeri hamba ini!” sambut Raja
Percut penuh kegembiraan. Kemudian dilanjutkan
baginda raja dengan upacara penerimaan tamu
kehormatan sebagai adat istiadat setempat: “Kalau

42


Data Loading...