Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar by Jusmawati, S.Pd., M.Pd., Satriawati, S.Pd., M.Pd., Irman R, S.Pd., M.Pd., P - PDF Flipbook

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar by Jusmawati, S.Pd., M.Pd., Satriawati, S.Pd., M.Pd., Irman R, S.Pd., M.Pd., P

122 Views
73 Downloads
PDF 808,577 Bytes

Download as PDF

REPORT DMCA


MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 1.

2.

3.

4.

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan 1. prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (Pasal 1 ayat [1]). Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 2. memiliki hak ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan ciptaan; b. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan; d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan; e. pendistribusian ciptaan atau salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan; dan i. Penyewaan ciptaan. (Pasal 9 ayat [1]). Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang 3. Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [3]). Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang 4. dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). (Pasal 113 ayat [4]).

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Jusmawati, S.Pd., M.Pd. Satriawati, S.Pd., M.Pd. Irman R, S.Pd., M.Pd. Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd. Prof. Dr. Nurdin Arsyad, M.Pd.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar © Jusmawati, dkk. viii + 96 halaman; 15.5 x 23 cm. ISBN: 978-623-261-137-5 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun juga tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I, November 2020. Penulis

Editor Sampul Layout

: Jusmawati, S.Pd., M.Pd. Satriawati, S.Pd., M.Pd. Irman R, S.Pd., M.Pd. Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd. Prof. Dr. Nurdin Arsyad, M.Pd. : Akhiruddin, S.Pd., M.Pd. : M. Hakim : Chairi

Diterbitkan oleh: Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI) Jln. Jomblangan Gg. Ontoseno B.15 RT 12/30 Banguntapan Bantul DI Yogyakarta Email: [email protected] Website: www.samudrabiru.co.id WA/Call: 0812-2607-5872

PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat petunjuk dan kehendak-Nya jualah sehingga buku yang berjudul Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar dapat terwujud di depan pembaca. Salam dan taslim semoga tercurahkan kepada para Nabi, para Rasul, dan keluarganya serta orang-orang yang salih, dan secara khusus kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul Allah yang telah berjihad dalam upaya menyebarkan kebenaran dan mengamalkan kebajikan. Jihad dalam hal ini mengandung arti yang luas, tidak hanya berperan secara fisik, tetapi juga segala upaya yang dilakukan manusia demi kemaslahatan umat yang dilandasi keikhlasan dan hanya mengharap rida Allah SWT, termasuk menulis dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat, Insya Allah. Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia membulatkan tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi prasyarat berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Buku ini berisikan model-model pembelajaran yang baik diterapkan di sekolah dasar, buku ini disusun untuk membantu dalam memahami pengetahuan keaktifan belajar. Dalam buku

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

v

ini tidak sedikit hambatan yang tim penulis hadapi, namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan buku ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Semoga buku ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Tentunya, tiada gading yang tak retak, sejumlah kelemahan tentu melekat di dalam penulisan ini. Dengan penuh suka hati dan tangan terbuka penulis menanti kritik dan saran dari pada handai taulan, para pemikir dan pemerhati pendidikan terhadap segala salah, cacat, dan cela buku ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membimbing kita semua dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Makassar, 14 September 2020 Penulis

vi

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

DAFTAR ISI PRAKATA ............................................................................................v DAFTAR ISI ..................................................................................... vii BAB I PEMBELAJARAN ................................................................................ 1 A. Belajar ................................................................................................1 B. Pembelajaran ................................................................................... 5 C. Ciri–Ciri Pembelajaran .................................................................13 BAB II HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK ................................................... 15 A. Hasil Belajar ....................................................................................15 B. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik...................17 C. Unsur-Unsur Hasil belajar...........................................................18 D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................20 BAB III MODEL PEMBELAJARAN ................................................................23 A. Pengertian Model Pembelajaran ............................................... 23 B. Jenis-Jenis Model Pembelajaran ............................................... 25 BAB IV METODE PEMBELAJARAN .............................................................. 51 A. Pengertian Metode Pembelajaran ..............................................51 B. Macam-Macam Metode Pembelajaran .................................... 52 C. Fungsi Metode Belajar .................................................................62 D. Tujuan Metode Pembelajaran .................................................... 63 Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

vii

BAB V MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING ....................................... 65 A. Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving 65 B. Indikator Model Pembelajaran Creative Problem Solving ..66 BAB VI MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA .......................77 A. Pakemi .............................................................................................79 B. CTL ...................................................................................................79 C. Metode Collaborative Learning .................................................80 D. Metode Quantum Learning .........................................................80 E. Metode Realistic Mathematics Education (RME) ...................81 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................83 INDEKS .............................................................................................85 TENTANG PENULIS ......................................................................... 91

viii

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

BAB I PEMBELAJARAN

A. Belajar Belajar merupakan hal yang kompleks karena melibatkan ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Kompleksitas belajar tersebut dapat berasal dari dua subjek yaitu guru dan siswa. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses, yakni proses mental dalam menghadapi bahan pembelajaran dalam berbagai keadaan. Dari segi guru, proses belajar adalah perilaku belajar tentang suatu hal. Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada individu baik dari bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap atau tingkah laku, keterampilan, kecakapan, mental, kemampuan dan aspek–aspek lainnya yang ada pada individu belajar. Kata belajar Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2011 : 5) adalah “proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan”. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

1

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 9), Beberapa ahli psikologi dan pendidikan telah mendefinisikan belajar sebagai berikut : 1. Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya akan lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun, guru memperhatikan stimulus yang diskriminatif dan penggunaan penguatan. 2. Gagne berpendapat bahwa belajar adalah proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. 3. Belajar menurut Piaget meliputi tiga fase yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep (Dimyati dan Mudjiono, 2006 :13-14) berpendapat bahwa Pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Menurut Jihad Asep dan Haris Abdul (2012:2), Beberapa ahli psikologi dan pendidikan telah mendefinisikan belajar sebagai berikut: 1.

Menurut Sudjana 1996 (Jihad Asep dan Haris Abdul, 2012: 2) “Balajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta

2

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

perubahan aspek-aspek yang ada pada indivudu yang belajar” . 2. Menurut Slameto 2003 (Jihad Asep dan Haris Abdul, 2012: 3) mengemukakan bawa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan,

sebagai

hasil

pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Baharuddin (2015:20) mendefenisikan proses “belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang sedang belajar”. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif, maupun psikomotoriknya. Menurut Skinner ( 1985 ) memberikan definisi belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior adaption”. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Menurut Mc. Beach ( Lih Bugelski 1956 ) memberikan definisi mengenai belajar. “Learning is a change performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa – bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice). Dalam bukunya Walker “Conditioning and instrumental learning” ( 1967 ). Belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan–kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

3

C.T. Morgan dalam introduction to psychology ( 1961 ). Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat / hasil dari pengalaman yang lalu. Sementara itu, Darsono (2000: 14) mengemukakan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan yang lain, di antara individu dengan lingkungannya. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi dalam proses belajar. Perubahan tingkah laku seseorang terjadi akibat interaksi dengan orang lain. Proses belajar pada anak sangat dipengaruhi dari pihak keluarga, pergaulan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitarnya. “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan” (Ibrahim dan Syaodih, 1996 :3). Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari. Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

belajar

merupakan

suatu

perubahan

pengetahuan,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, sikap dan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri. Seseorang yang belajar maka responnya akan lebih baik.

4

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Adapun ciri-ciri belajar sebagai berikut: 1. Adanya kemampuan baru atau adanya perubahan tingkah laku bersipat pengetahuan (kognitif) keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (apektif) 2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan mantap atau dapat disimpan. 3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan 4. Perubahan tidak semata-mata oleh pertumbuhan pisik/ dewasa, tidak karena kelelahan, penyakit ataupun pengaruh obat-obatan. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. B. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

5

Salah satu pengertian pembelajararan dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu pembelajaran adalah seperangkat peristiwaperistiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Pengertian Pembelajaran akan dibahas mengenai definisi dan pengertian pembelajaran secara umum dan menurut para 6

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

ahli. Pengertian pembelajaran secara umum adalah proses interaksi antara peserta didik atau siswa dengan pendidik atau guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Definisi pembelajaran juga bisa diartikan sebagai suatu proses oleh guru atau tenaga didik untuk membantu murid atau peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran memiliki makna yang berbeda dengan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru. Pembelajaran juga menjadi sebuah upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Hal ini tentu berbeda dengan pengertian belajar, yang dapat diartikan sebagai sebuah upaya untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Bisa disimpulkan bahwa definisi pembelajaran adalah sebuah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa pembelajaran merupakan sebuah bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

7

Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli Pendidikan selengkapnya: 1. Menurut Gagne (1977) Pengertian pembelajaran menurut Gagne adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. 2. Menurut Munif Chatib Pembelajaran merupakan proses tranfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. 3. Menurut Warsita Arti pembelajaran menurut Warsita merupakan suatau usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. 4. Menurut Gagne dan Briggs (1979) Pengertian pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. 5. Menurut Sugandi, dkk (2004) Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang berarti self instruction (dari internal) dan external instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal, prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. 8

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

6. Menurut Achjar Chalil Menurut Chalil, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 7. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pengertian pembelajaran menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 8. Menurut David Ausubel Teori belajar yaitu teori belajar bermakna, belajar dapat diklasifikasikan

dalam

dua

dimensi

yaitu:

Dimensi

yang

berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dan dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengabaikan informasi pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif adalah fakta, konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa. 9. Menurut G.A Kimbleg Pengertian pembelajaran menurut Kimbleg adalah sebuah perubahan kekal secara relatif dalam keupayaan kelakukan akibat latihan yang diperkukuh. 10. Menurut Syaiful Sagala (2009) Pengertian pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar oleh peserta didik. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

9

11. Menurut Corey Pengertian pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seeorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. 12. Menurut Sudjana Definisi pembelajaran menurut Sudjana dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara peserta didik sebagai warga belajar dan pendidik sebagai sumber belajar yang melakukan kegiatan membelajarkan. 13. Menurut Rahil Mahyuddin Pengertian pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek. 14. Menurut Briggs Arti pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. 15. Menurut Oemar Hamalik Pembelajaran merupakan kombinasi yang tertata meliputi segala unsur manusiawi, perlengkapan, fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Terdapat tiga rumusan yang dianggap penting tentang pembelajaran yaitu:

10

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

a. Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar bagi siswa. b. Pembelajaran

merupakan

upaya

penting

dalam

mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan. c. Pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk menghadapi kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat. 16. Menurut Dimyati dan Mudjiono Pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. 17. Menurut Trianto Definisi pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang

kompleks

yang

tidak

sepenuhnya

dapat

dijelaskan.

Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Sedangkan pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya “mengarahkan interaksi siswa dengan sumber lainnya” dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan. 18. Menurut Knowles Pengertian pembelajaran menurut Knowles adalah suatu cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

11

19. Menurut Arifin (2010) Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan siswa, sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar siswa. 20. Menurut Sanjaya (2011) Definisi pembelajaran menurut Sanjaya merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. 21. Menurut Slavin Pembelajaran didefinisikan oleh Slavin sebagai sebuah perubahan

tingkah

laku

individu

yang

disebabkan

oleh

pengalaman. 22. Menurut Woolfolk Menurut Woolfolk, pembelajaran berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku. 23. Menurut Crow & Crow Pengertian pembelajaran didefinisikan sebagai suatu proses pemerolehan tabiat, pengetahuan dan sikap. 24. Menurut Komalasari (2013) Pembelajaran

merupakan

suatu

sistem

atau

proses

membelajarkan pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan 12

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. 25. Menurut Syah (2010) Pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah upaya yang dilakukan seseorang agar orang lain belajar. 26. Menurut Wikipedia Pengertian pembelajaran menurut situs Wikipedia adalah sebuah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. C. Ciri–Ciri Pembelajaran Terdapat beberapa ciri-ciri dan karakteristik menurut Sugandi, dkk (2000) di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. 2. Pembelajaran

dapat

menumbuhkan

perhatian

dan

motivasi siswa dalam belajar. 3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa. 4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. 5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa. 6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

13

14

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

BAB II HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

A. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tujuan yang akan dicapai dari suatu kegiatan pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah peserta didik yang berhasil menguasai kompetensi yang diharapkan. Parta (2011) berpendapat sama bahwa hasil belajar yang dicapai peserta didik dapat dikelompokkan dalam tiga katagori, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Secara lebih terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Domain kognitif terdiri dari: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru, analisis, sintesis dan evaluasi. 2. Domain kemampuan sikap (affective) terdiri dari menerima atau memperhatikan, merespons, penghargaan, mengorganisasikan dan mempribadi (mewatak).

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

15

3. Domain Psikomotorik terdiri dari: menirukan, manipulasi, keseksamaan (precision), artikulasi (articulation) dan naturalisasi. Pendapat di atas senada dengan pendapat Benyamin S. Bloom bahwa tiga ranah (domain) hasil belajar adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa ranah

kognitif

(berpikir)

berkenaan

dengan

hasil

belajar

intelektual (olah pikir) dari sederhana sampai yang kompleks. Bloom mengklasifikasikan tujuan kognitif dalam enam jenjang, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Dijelaskan juga bahwa pada tahun 2001 Lorin Anderson dan Krathwohl merevisi enam jenjang tujuan kognitif tersebut menjadi kemampuan mengingat (remember), memahami (understand),

menerapkan

(apply),

menganalisis

(analyze),

mengevaluasi (evaluate), dan berkreasi (create), yang selanjutnya lebih dikenal dengan revisi taksonomi Bloom. Hasil belajar adalah hasil dari siswa setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar yang kemudian dievaluasi dengan ujian. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa berupa nilai. Menurut

Sudirman

(2014:46)

Hasil

belajar

adalah

kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar. Menurut Sudjana (2001:22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah:

16

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, seorang guru dapat menentukan kedudukannya dalam kelas, apakah siswa tersebut termasuk kedalam kategori siswa yang pandai, sedang atau kurang. Sedangkan

menurut

Eko

Putro

Widoyoko

(2009:1),

mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penelitian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (Asessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pendidikan yang akan menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. B. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Jika pada prinsip belajar antara lain belajar harus menjangkau banyak segi, baik segi penerapan konsep, pemahaman konsep, menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan konsep, hasil belajar diperoleh berkat pengalaman melakukan suatu kegiatan dan belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yang sepatutnya dirasakan dan dimiliki oleh setiap Peserta didik maka dalam kegiatan belajar Peserta didik harus memenuhi prinsip-prinsip belajar tersebut dengan cara misalkan menggunakan metode dan media yang menarik yang Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

17

sesuai dengan materi dan keadaan Peserta didik, yang dapat merangsang Peserta didik untuk belajar dengan aktif tanpa paksaan dan tanpa merasakan kejenuhan saat belajar, sehingga belajar seperti terasa bermain, dan setiap Peserta didik dapat ikut serta secara aktif belajar didalamnya. Terlebih lagi pada pembelajaran kelas awal, pada kelas awal penanaman konsep harus benar-benar dipehatikan, karena sangat mempengaruhi pada pemahaman-upemahaman pada jenjang berikutnya, sehingga tidak terjadi kesalahan pada masa berikutnya berakibat fatal. Pembelajaran pada kelas awal khususnya pada kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar, sebaiknya juga mengikuti keadaan Peserta didiknya. Jean Piaget mengemukakan belajar akan lebih berhasil apabila

disesuaikan

dengan

tahap

perkembangan

kognitif

peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, ditunjang oleh interaksi dengan temannya dan dibantu oleh pndidik. Pendidik hendaknya memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif mencari dan menerima berbagai hal dari lingkungan. C. Unsur-Unsur Hasil belajar Arikunto (2003:17) mengemukakan juga bahwa ada tiga ranah atau domain besar, yang terletak pada tingkatan kedua yang selanjutnya disebut taksonomi yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dalam sumber yang sama, Arikunto (2003:17) menjabarkan kata operasional dalam tiga ranah atau domain besar sebagai berikut:

18

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

1. Cognitive Domain a. Pengetahuan b. Pemahaman c. Aplikasi d. Analisis e. Sintesis f.

Evaluasi

2. Affective Domain a. Receiving Menanya, memilih, mendeskripsikan, mengikuti,

memberikan,

mengidentifikasi,

menyebutkan,

menunjuk, dan menjawab. b. Responding

Menjawab,

menghormati,

membantu,

melakukan,

mendiskusikan,

membaca,

memberikan,

menghafal, melaporkan, memilih menceritakan, dan menulis. c. Valuing Melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, membaca, melaporkan, bekerjasama, mengambil bagian. d. Organization Mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan,

melengkapi,

mengidentifikasikan,

menerangkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, mengintegrasikan. e. Characterization By Value Or Value Compleks Membedakan, mempengaruhi, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mendengarkan, dan memodifikasikan.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

19

3. Psycomotor Domain a. Mascular or motor skills. Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakan b. Manipulation of material or object Mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan c. Neuromuscular coordination Mengamati, menerapkan, memadukan, menghubungkan, menarik, menggunakan. Sedangkan menurut Sudjana (2008:22) menyatakan bahwa: dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kulikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar seluruh kecakapan yang mencakup ranak kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor yang diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar dan pengamatan guru. D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Shabri (2005), hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar (intelegensi), motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan psikis. Aini

(2001)

berpendapat

bahwa

faktor-faktor

yang

mempengaruhi hasil belajar siswa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor dari luar diri siswa dan faktor dari diri siswa. Faktor 20

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

pada diri siswa ini diantaranya faktor emosi dan mood. Siswa yang mengalami hambatan pemenuhan kebutuhan emosi, maka ia dapat mengalami “kecemasan” sebagai gejala utama yang dirasakan. Sedangkan

menurut

Clark

(dalam

Shabri,

2005)

mengemukakan bahwa: Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya, selain faktor dari dalam diri siswa sendiri, masih ada faktor-faktor di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain: 1. Ukuran kelas (Class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar. Ukuran yang biasanya digunakan adalah 1:40, artinya, seorang guru melayani 40 orang siswa. Diduga makin besar jumlah siswa yang harus dilayani guru dalam satu kelas maka makin rendah kualitas pengajarannya, demikian pula sebaliknya. 2. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas yang ada pada guru. Dalam suasana belajar yang demokratis ada kebebasan siswa belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan teman sekelas, dan lain-lain. 3. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Kelas harus diusahakan ebagai laboratorium belajar bagi siswa. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

21

Artinya, kelas harus menyediakan sumber-sumber belajar seperti buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain. Dari informasi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: 1. Faktor pada diri siswa diantaranya intelegensi, kecemasan (emosi), motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, dan faktor fisik dan psikis. 2. Faktor dliuar diri siswa, seperti ukuran kelas, suasana belajar (termasuk di dalamnya guru), fasilitsa, dan sumber belajar yang tersedia.

22

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

BAB III MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Di bawah ini akan dibahas apa saja definisi dan pengertian model pembelajaran, baik secara umum maupun menurut para ahli. Pengertian model pembelajaran secara umum adalah suatu cara atau teknik penyajian sistematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman proses pembelajaran agar tercapai tujuan dari sebuah pembelajaran. Definisi model pembelajaran yang lebih singkat merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran bisa juga diartikan sebagai seluruh rangkaian penyajian materi yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Pengertian model pembelajaran menurut pendapat para ahli selengkapnya.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

23

1. Menurut Dahlan Pengertian model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk pada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Tiap model mengajar yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan situasi kelas dan macam pandangan hidup, yang dihasilkan dari kerjasama guru dan murid. 2. Menurut Amin Suyitno Arti model pembelajaran adalah suatu pola atau langkahlangkah pembelajaran tertentu yang diterapkan guru agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. 3. Menurut Syafaruddin, Irwan Nasution Model pembelajaran adalah deskripsi dari lingkungan pembelajaran yang bergerak dari perencanaan kurikulum, mata pelajaran, bagian-bagian dari pelajaran untuk merangcang materi pelajaran, buku latihan kerja, program, dan bantuan kompetensi untuk program pembelajaran. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah bantuan alatalat yang mempermudah siswa dalam belajar. Jadi, keberadaan model pembelajaran berfungsi membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir dan pengertian yang diekspresikan mereka. 4. Menurut Supriyono Sebuah model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan menunjukkan cara penggunaan materi pembelajaran. 24

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

5. Menurut Joyce dalam Trianto Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. 6. Menurut Syaiful Sagala Definisi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. 7. Menurut Joyce Joyce berpendapat bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. 8. Menurut Slavin Model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan

pembelajaran

termasuk

tujuannya,

sintaksnya,

lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. 9. Menurut Trianto Model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya. B. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Ada berbagai jenis model pembelajaran, baik yang bersifat kekinian maupun klasikal, jenis model pembelajaran akan berbagi 56 contoh model pembelajaran terbaru yang bisa Anda aplikasikan. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

25

1. Koperatif (CL, Cooperative Learning) Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pemberian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi

model

pembelajaran

koperatif

adalah

kegiatan

pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, dan memahami materi secara mendalam. Alur pembelajaran koperatif adalah : informasi, pengarahanstrategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan membuat laporan. 2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah : siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

26

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Ada 7 indikator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu : a. Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,

pengarahan-petunjuk,

rambu-

rambu, contoh). b. Questioning

(eksplorasi,

mengarahkan,

membimbing,

mengembangkan,

menuntun,

evaluasi,

inkuiri,

generalisasi). c. Learning community (seluruh siswa berpartisipasi dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan). d. Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan. e. Constructive

(membangun

pemahaman

sendiri,

mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis). f.

Reflection (review, rangkuman, tindak lanjut).

g. Authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah

pembelajaran,

penilaian

terhadap

setiap

aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara). 3. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning) Pengetahuan

yang

bersifat

informasi

dan

prosedural

yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

27

Alurnya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi). 4. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Dalam

hal

ini

masalah

didefinisikan

sebagai

suatu

persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik

dari

kehidupan

aktual

siswa,

untuk

merangsang

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. 5. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education) Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Sigmund Freud di Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematics, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi 28

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika). Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukaninformal dalam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-internment

(keterkaitan-intekoneksi

antar

konsep),

interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan). 6. Team-Work Sebuah model pembelajaran terpadu yang memfokuskan diri pada pengembangan karakter kerja-sama, saling percaya, dan kolaborasi antar individu. Guru sebagai pembina wajib untuk menekankan pentingnya aspek dan cara bekerja sama yang baik demi mencapai tujuan bersama. 7. Problem Posing Bentuk lain dari problem solving adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simpel sehingga mudah dipahami. Alurnya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, cari alternatif, menyusun soal-pertanyaan. 8. Problem Terbuka (OE, Open Ended) Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

29

Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan

demikian

model

pembelajaran

ini

lebih

mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola pikir, keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan. 9. Probing-Prompting Mode pembelajaran Probing-Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengakitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan konsep-prinsipaturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

30

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi. 10. Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning) Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan, eksplanasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternatif pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda. 11. Examples Non Examples Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru sebagai fasilitator pendidikan peserta didik mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

31

12. Numbered Heads Together NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap peserta didik memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap peserta didik tidak sama sesuai dengan nomor peserta didik, tiap peserta didik dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor peserta didik yang sama sesuai tugas masingmasing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap peserta didik, umumkan hasil kuis dan beri reward. 13. Cooperative Script Metode belajar dimana peserta didik bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Danserau cs., 1985). 14. Time Token Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar peserta didik tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. 15. Keliling Kelompok Maksudnya

agar

masing-masing

anggota

kelompok

mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya Caranya : a. Salah satu peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan 32

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

b. Peserta

didik

berikutnya

juga

ikut

memberikan

kontribusi-nya c. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan. 16. Two Stay Two Stray Ini adalah salah satu model pembelajaran yang cukup terkenal. Cara melakukannya adalah sebagai berikut : Peserta didik bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain Dua

orang

yang

tinggal

dalam

kelompok

bertugas

membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. 17. Student Teams Achievement – Divisions (STAD) STAD adalah salah suatu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap peserta didik atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. 18. Jigsaw (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978) Model pembelajaran ini termasuk koperatif dengan sintaks seperti berikut ini : Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

33

beberapa bagian sesuai dengan banyak peserta didik dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. 19. Quiz Model pembelajaran dengan memberikan quiz kepada siswa, baik berkelompok maupun individu. Cara ini sangat baik untuk menumbuhkan semangat bersaing dengan sehat. 20. Artikulasi Artikulasi

adalah

mode

pembelajaran

dengan

alur:

penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu peserta didik menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru sebagai fasilitator

pendidikan

membimbing

peserta

didik

untuk

menyimpulkan. 21. Mind Mapping Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal murid. Tahapannya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, murid berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, murid membuat ksimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi. 22. Make a Match Mencari Pasangan (Lorna Curran, 1994). Guru sebagai fasilitator pendidikan menyiapkan kartu 34

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap murid mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap murid mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya murid yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk badak berikutnya pembelaarn seperti babak pertama, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. Langkah-langkah: 1. Guru sebagai fasilitator pendidikan menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap murid mendapat satu buah kartu. 3. Tiap murid memikirkan jawaban/ soal dari kartu yang dipegang.4. Setiap murid mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). 5. Setiap murid yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap murid mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7. Demikian seterusnya. 8. Kesimpulan/penutup. 23. Reciprocal Learning Weinstein

&

Meyer

(1998)

mengemukakan

bahwa

dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana murid belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengatakan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSDmodul, membaca-merangkum.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

35

24. SAVI Model pembelajaran SAVI menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki murid. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang

bermakna

bahwa

belajar

haruslah

dengan

melalui

mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati,

menggambar,

mendemonstrasikan,

membaca,

menggunakan media dan alat peraga; Intellectual yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) dan belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,

menemukan,

mencipta,

mengkonstruksi,

memecahkan masalah, dan menerapkan. 25. TGT (Teams Games Tournament) Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan murid heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru sebagai fasilitator pendidikan bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian guyonan. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan 36

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. 26. TAI (Team Assisted Individual) Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada murid. Oleh karena itu murid harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-murid adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Tahapan Bidak menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) murid belajar kelompok dengan dibantu oleh murid pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif. 27. Demonstrative Model Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk murid atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. 28. Explicit Instruction Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Tahapannya adalah: sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan prosedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

37

29. Scramble Tahapannya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, murid berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok. 30. Flipped Classroom Guru menyiapkan bahan dan materi pelajaran untuk dipelajari siswa sebelum hari H. Pada saat pertemuan, guru hanya memberikan refleksi dan penguatan. 31. Picture and Picture Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, murid (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi. 32. Cooperative Script Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, murid mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi. 33. LAPS-Heuristik Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS (Logan Avenue Problem Solving) dengan kata lain apa masalahnya : adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Tahapan: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan. 38

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

34. Improve Improve

singkatan

dari

Introducing

new

concept,

Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty,

Obtaining

mastery,

Verivication,

Enrichment.

Tahapannya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep,

murid

latian

dan

bertanya,

balikan-perbnaikan-

pengayaan-interaksi. 35. Treffinger Pembelajaran

kreatif

dengan

basis

kematangan

dan

pengetahuan siap. Tahapan: keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasapikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya,

kelompok-kerjasama,

kebebasan-terbuka, reward. 36. VAK (Visualization, Auditory, Kinetics) Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic. 37. AIR (Auditory, Intellectual, Repetition) Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara murid dilatih melalui pemberian tugas atau quis. 38. Kumon Pembelajarn dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

39

kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Tahapansnya

adalah:

sajian

konsep,

latihan,

tiap

murid

selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing. 39. Quantum Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha murid diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat , alamidengan dunia realitas murid, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan. 40. Think Pair and Share (Frank Lyman, 1985) Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan tahapans: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada murid dan murid bekerja kelompok dengan cara berpasangan

sebangku-sebangku

(think-pairs),

presentasi

kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap murid, umumkan hasil kuis dan berikan reward. Langkah-langkah: a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai b. Murid

diminta

untuk

berfikir

permasalahan yang disampaikan guru. 40

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

tentang

materi/

c. Murid diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya. e. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para murid. f.

Guru memberi kesimpulan.

41. Debat Debat adalah model pembelajaran dengan sintaks: bagi kelas menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, murid membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu. 42. Role Playing Tahapan

dari

model

pembelajaran

ini

adalah:

guru

menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa murid untuk mempelajari scenario tersebut, pembentukan kelompok murid,

penyampaian

kompetensi,

menunjuk

murid

untuk

melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penimpoulan dan refleksi. Langkah-langkah: a. Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

41

b. Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM. c. Guru membentuk kelompok murid yang anggotanya 5 orang. d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. e. Memanggil para murid yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. f.

Masing-masing murid berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.

g. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing murid diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok. h. Masing-masing

kelompok

menyampaikan

hasil

kesimpulannya. i.

Guru memberikan kesimpulan secara umum.

j.

Evaluasi.

43. Talking Stick Tahapan pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, murid mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada murid dan murid yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad murid lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulanrefleksi-evaluasi. 44. Snowball Throwing Tahapannya 42

adalah:

Informasi

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

materi

secara

umum,

membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi. Langkah-langkah: a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. d. Kemudian masing-masing murid diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu murid ke murid yang lain selama ± 15 menit. f.

Setelah murid dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

g. Evaluasi. h. Penutup

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

43

45. Student Facilitator and Explaining Langkah-langkahnya

adalah:

informasi

kompetensi,

sajian materi, murid mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke murid lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi. Murid mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya. Langkah-langkah: a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi. c. Memberikan kesempatan murid untuk menjelaskan kepada murid lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep. d. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari murid. e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu 46. Course Review Langkah-langkahnya:

informasi

kompetensi,

sajian

materi, tanya jawab untuk pemantapan, murid atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, murid yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan murid menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. 47. MDR (Multi Discourse Representation) DMR

adalah

pembelajaran

yang

berorientasi

pada

pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Tahapannya adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup.

44

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

48. Inside-Outside-Circle IOC adalah mode pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana murid saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Tahapannya adalah: Separuh dari jumlah murid membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, murid yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, murid yang berada di lingkran luar berputar keudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya. 49. Tebak Kata Langkah-langkah : a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit. b. Guru menyuruh murid berdiri berpasangan di depan kelas c. Seorang murid diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang murid yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga. Murid yang membawa kartu 10 x 10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan tsb. d. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

45

waktu yang telah ditetapkan, murid boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. 50. MEA (Means-Ends Analysis) Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan tahapan: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristik, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi 51. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending) Tahapannya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R)

memikirkan

kembali,

mendalami,

dan

menggali,

(E)

mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan. 52. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif murid, yaitu dengan menugaskan murid untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan tahapan: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh 53. MID (Meaningful Instructional Design) Model ini adalah pembnelajaran yang mengutamakan 46

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

kebermaknaan belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Tahapannya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsepide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar; (3) production melalui ekspresi-apresiasi konsep 54. KUASAI Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahamimenggunakan-memaknai), Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman, dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar. 55. DLPS (Double Loop Problem Solving) DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap yang menyebabkan munculnya masalah tersebut. Tahapannya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

47

56. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif – kelompok. Tahapannya adalah:

membentuk

kelompok

heterogen

4

orang,

guru

memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, murid bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi. Langkah-langkah: a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen. b. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran. c. Murid bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/ kliping dan ditulis pada selembar kertas. d. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok. e. Guru membuat kesimpulan bersama Model Pembelajaran adalah semua rentetan presentasi materi yang terdiri dari semua faktor mulai dari pra, sedang dan pasca pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik. Dengan berbagai instrumen yang dipakai secara tidak langsung maupun langsung dalam aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran bisa dikatakan sebagai strategi atau pola yang dimanfaatkan untuk membuat kurikulum, pengarahan bagi pengajar dan menyusun materi siswa di kelas. Sehingga siswa bisa lebih efektif dan efisien dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. 48

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Dalam perjalanannya model pembelajaran memiliki berbagai metode untuk dimanfaatkan sebagai strategi pembelajaran. Ketika melihat dari hakikatnya learning model memiliki sejumlah makna yang luas dari istilah seperti prosedur/pendekatan, strategi, metode maupun teknik & taktik pembelajaran. Berdasarkan Joyce dan Weil (1986:14-15) Model pembelajaran merupakan sebuah strategi dan metode pada aktivitas pembelajaran yang didalamnya terdapat empat komponen, yakni: a. Syntax (Sintaks) Sintak adalah langkah, fase atau phasing dalam model pembelajaran yang mana didalamnya menerangkan tentang tata cara penerapan yang dapat digambarkan secara konkret. b. The social system (Sistem sosial) Model pembelajaran dituntut untuk bisa mengungkapkan fakta akurat tentang pengaruhnya kepada pendidik dan peserta didik saat aktivitas pembelajaran. Pada sistem sosial ini pendidik bertugas sebagai pembimbing, penyedia, sumber pertanyaan dan pengetahuan. c. Principle of reaction (Prinsip Reaksi) Ini adalah suatu komponen yang mana bagaimana cara pendidik dalam memperlakukan peserta didiknya. Ada pula hal lain yang perlu dilakukan adalah bagaimana seorang pendidik harus dapat merespon tentang apa yang peserta didik lakukan. d. Support System (Sistem Pendukung) Terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam sistem pendukung, yakni:

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

49

1) Bahan 2) Fasilitas/Sarana 3) Instrumen yang bisa dipakai untuk mendukung model pembelajaran. Fungsi dari model pembelajaran sendiri adalah sebagai panduan bagi pendidik saat melakukan aktivitas pembelajaran. Ini berarti ketika model pembelajaran diterapkan maka model pembelajaran akan menjadi instrumen bagi para pendidik untuk menggerakan aktivitas pembelajaran. Adapun fungsi lain dari model pembelajaran adalah untuk panduan bagi pencipta desain pembelajaran dan pendidik untuk menentukan strategi dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran bisa diraih dengan sukses. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Terminologi

model

pembelajaran

memiliki

beberapa

ciri khusus yang membedakan antara metode dan strategi pembelajaran dalam pendidikan, diantaranya adalah: a. Landasan teori rasional dan matang yang dirancang oleh para ahli b. Mempunyai visi dan misi pembelajaran yang jelas c. Memiliki rancangan pembelajaran yang matang, ini bertujuan agar proses belajar dapat dilakukan dengan powerful. d. Membuat lingkungan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga proses belajar bisa dilaksanakan dengan optimal.

50

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

BAB IV METODE PEMBELAJARAN

A. Pengertian Metode Pembelajaran Proses penyampaian materi pendidikan kepada peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan teratur oleh tenaga pengajar atau guru. Pendapat lain mengatakan, metode pembelajaran adalah suatu strategi atau taktik dalam melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar di kelas yang diaplikasikan oleh tenaga pengajar sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Seorang guru harus bisa menerapkan metode yang tepat dalam kegiatan belajar-mengajar, sesuai dengan karakter para siswanya. Dengan begitu, proses belajar-mengajar menjadi lebih menyenangkan dan siswa dapat menyerap pelajaran dengan lebih mudah. Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli Agar lebih memahami apa itu metode pembelajaran, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli berikut ini:

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

51

1. Hasby Ashydiqih Menurut Hasby Ashydiqih, metode pembelajaran adalah seperangkat cara yang dilakukan guna mencapai tujuan tertentu dalam proses pembelajaran. 2. Abdurrahman Ginting Menurut Abdurrahman Ginting, metode pembelajaran adalah cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumber daya terkait lainnya supaya terjadi proses pembelajaran pada diri siswa. 3. Ahmadi Menurut Ahmadi, metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang beberapa cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. 4. Nana Sudjana Menurut Nana Sudjana, metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar dan mengajar. 5. Sobri Sutikno Menurut Sobri Sutikno, metode pembelajaran adalah caracara dalam menyajikan materi pelajaran yang diberikan kepada murid agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. B. Macam-Macam Metode Pembelajaran Tenaga pengajar harus mengetahui metode pengajaran mana yang paling efektif dalam menyampaikan materi pelajaran kepada 52

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

peserta didik. Adapun macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Metode Ceramah Metode ini merupakan cara konvensional, yaitu dengan menyampaikan informasi secara lisan kepada siswa. Metode ceramah dianggap sebagai metode yang paling praktis dan ekonomis, namun terdapat beberapa kekurangan di dalamnya. Kekurangan: a. Peserta didik lebih pasif karena hanya mendengarkan pengjar. b. Kegiatan belajar mengajar cenderung membosankan. c. Beberapa siswa yang lebih menyukai belajar visual akan kesulitan menerima pelajaran. d. Proses pengajaran lebih fokus pada pengertian kata-kata saja. Kelebihan: a. Tenaga pengajar dapat mengendalikan kelas sepenuhnya. b. Mendorong siswa agar berusaha melatih fokus. c. Proses pembelajaran lebih mudah dilakukan. d. Kegiatan belajar dapat diikuti banyak peserta didik. 2. Metode Pembelajaran Diskusi Metode

diskusi

adalah

suatu

metode

pengajaran

yang mengedepankan aktivitas diskusi siswa dalam belajar memecahkan masalah. Metode ini dilakukan dengan membentuk kelompok diskusi untuk membahas suatu masalah.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

53

Kelebihan: a. Mendorong siswa berpikir kritis. b. Mendorong siswa untuk menyampaikan pendapatnya. c. Melatih siswa tentang toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Kekurangan: a. Cenderung didominasi siswa yang suka berbicara. b. Diperlukan cara formal dalam menyampaikan pendapat. c. Tema di dalam diskusi biasanya terbatas. d. Hanya cocok untuk kelompok kecil. 3. Metode Demonstrasi Ini adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan cara bentuk praktikum sehingga siswa melihat langsung apa yang sedang dipelajari. Metode ini biasanya lebih menarik dan membuat siswa lebih fokus terhadap materi pelajaran. Kelebihan: a. Informasi lebih mudah dimengerti karena melalui praktik langsung. b. Dapat meminimalisir kemungkinan kesalahan pengertian karena bukti konkret terlihat. c. Siswa

lebih

mudah

memahami

informasi

yang

disampaikan pengajar. Kekurangan: a. Tidak semua materi pelajaran dapat didemonstrasikan.

54

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

b. Tenaga pengajar harus orang yang sangat paham mengenai materi yang diajarkan. c. Hanya efektif bila siswa tidak terlalu banyak 4. Metode Ceramah Plus Mirip dengan metode ceramah pada umumnya, namun disertai dengan metode lain dalam penyampaian materi pelajaran. Misalnya; a. Metode ceramah plus tanya jawab. b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas. c. Metode ceramah plus demostransi dan latihan. 5. Metode Pembelajaran Resitasi Metode ini mengharuskan para siswa membuat suatu resume mengenai materi yang sudah disampaikan oleh pengajar. Resume tersebut dituliskan di dalam kertas dengan menggunakan katakata sendiri dari para murid. Kelebihan: a. Mendorong siswa untuk melatih cara menulis yang baik. b. Siswa cenderung lebih mengingat materi pelajaran yang disampaikan guru. c. Melatih siswa untuk bertanggungjawab dan mengambil inisiatif. Kekurangan: a. Beberapa siswa mencontek resume milik temannya, atau dikerjakan oleh orang lain. b. Sulit untuk mengevaluasi apakah siswa benar-benar memahami resume yang telah dibuatnya. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

55

6. Metode Eksperimen Metode eksperimen dilakukan dengan kegiatan praktikum atau percobaan lab sehingga siswa dapat melihat materi pelajaran secara langsung. Kelebihan: a. Siswa dapat bereksplorasi dan mengembangkan diri melalui percobaannya. b. Membuat siswa berpikir bahwa materi pelajaran dapat dibuktikan dengan percaobaan. c. Menghasilkan siswa yang memiliki jiwa peneliti untuk pengembangan keilmuan. Kekurangan: a. Siswa tidak dapat melakukan eksperimen bila kekurangan alat. b. Tidak semua materi pelajaran dapat dilakukan dengan metode percobaan. c. Kegiatan metode ini hanya dapat dilakukan pada bidang studi tertentu dan dalam waktu yang terbatas. 7. Metode Karya Wisata Ini adalah metode belajar dengan memanfaatkan lingkungan atau tempat-tempat tertentu yang memiliki sumber ilmu bagi siswa. Metode ini harus mendapat pengawasan langsung dari guru. Kelebihan: a. Memanfaatkan interaksi langsung dengan lingkungan alam dan tempat-tempat tertentu. b. Kegiatan pengajaran lebih menyenangkan dan menarik.

56

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

c. Merangsang siswa untuk lebih kreatif dalam berpikir dan menyampaikan pendapat. Kekurangan: a. Membutuhkan biaya yang cukup besar. b. Kegiatan harus direncanakan dengan matang. c. Harus melalui persetujuan dari banyak pihak, baik pihak sekolah, orang tua, dan pihak lainnya. d. Faktor keselamatan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. e. Banyak siswa yang lebih mengutamakan tujuan rekreasi ketimbang tujuan pembelajaran. 8. Metode Latihan Metode latihan atau training adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan cara melatih keterampilan (soft skill) para siswa dengan cara merancang, membuat, atau memanfaatkan sesuatu. Kelebihan: a. Dapat melatih kecakapan motorik dan kognitif siswa. b. Dapat melatih kreativitas di dalam diri para siswa. c. Dapat melatih fokus, kecepatan, dan ketelitian siswa. Kekurangan: a. Beberapa siswa yang tidak berminat akan sulit beradaptasi. b. Adanya kemungkinan menghambat bakat lain yang terdapat dalam diri siswa.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

57

c. Dapat membuat siswa bosan karena kegiatan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. 9. Metode Perancangan Pada metode ini, siswa dirangsang untuk mampu membuat suatu proyek yang nantinya akan diteliti. Kelebihan: a. Mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah. b. Melatih

siswa

untuk

dapat

mengintegrasikan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara terpadu. Kekurangan: a. Hanya dapat dilakukan ketika ada event perlombaan. b. Membutuhkan tenaga pengajar khusus untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan. c. Membutuhkan sumber daya dan fasilitas yang cukup besar. 10. Metode Debat Dalam metode ini, siswa saling beradu argumentasi, baik secara perorangan maupun berkelompok. Debat tersebut dilakukan

secara

formal

dengan

aturan

tertentu

dimana

tujuannya untuk membahas suatu permasalahan dan cara penyelesaian masalah. Kelebihan: a. Melatih kerjasama dan kerja kelompok para siswa. b. Melatih siswa untuk menyampaikan dan mempertahankan argumentasinya. 58

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

c. Mendorong siswa untuk mencari informasi untuk memperkuat argumentasinya. d. Melatih kemampuan menyampaikan pendapat dan rasa percaya diri siswa. Kekurangan: a. Seringkali menimbulkan argumentasi yang tidak ada penyelesaiannya. b. Hanya siswa tertentu saja yang melakukan kegiatan debat. c. Pendapat yang disampaikan seringkali tidak memiliki intisari dan hanya berisi sanggahan. 11. Metode Skrip Kooperatif Metode pembelajaran ini memasangkan siswa dan menuntut siswa untuk menyampaikan intisari dari materi pelajaran secara lisan. Pada akhir sesi, guru akan memberikan kesimpulan dari pokok materi pelajaran. Kelebihan: a. Melatih siswa dalam mendengarkan, menyimpulkan, dan menyampaikan intisari dari materi. b. Melatih siswa untuk lebih berani dan percaya diri di dalam kelas. c. Siswa lebih aktif berpartisipasi secara keseluruhan. Kekurangan: a. Metode ini hanya dapat diterapkan pada bidang studi tertentu.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

59

b. Hanya bisa dilakukan dengan dua group dan dua orang berpasangan. 12. Metode Pembelajaran Mind Maping Metode

ini

menerapkan

cara

berpikir

yang

runtun

terhadap suatu permasalahan, bagaimana terjadinya masalah, dan bagaimana penyelesaiannya. Dengan metode ini, siswa dapat meningkatkan daya analisis dan berpikir kritis sehingga memahami masalah dari awal hingga akhir. Kelebihan: a. Metode pembelajaran ini dianggap lebih efektif dan efisien. b. Munculnya ide baru yang digambarkan dalam diagram. c. Alur berpikir siswa lebih efektif sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. Kekurangan: a. Dibutuhkan pengetahuan dengan banyak membaca sebelum membuat mapping. b. Tidak semua siswa dapat terlibat dalam kegiatan. c. Beberapa detail informasi mungkin akan hilang dari dalam mapping. d. Kemungkinan besar orang lain tidak mengerti mind mapping yang dibuat temannya karena hanya berisi poin inti. 13. Metode Pembelajaran Inquiry Metode pembelajaran ini dapat mendorong para siswa untuk menyadari apa saja yang telah diperoleh selama belajar.

60

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Dalam metode ini melibatkan intelektual dan mendorong siswa memahami bahwa apa yang telah dipelajari adalah sesuatu yang berharga. 14. Metode Pembelajaran Discovery Metode discovery dilakukan dengan cara mengembangkan cara belajar siswa aktif, mandiri, dan memiliki pemahaman yang lebih baik. Dalam hal ini, siswa mencari jawaban terhadap pertanyaannya sendiri sehingga mengingatnya lebih baik. Kelebihan: a. Mengembangkan kemampuan kognitif siswa. b. Siswa dapat berpikir lebih luas dan lebih mandiri. c. Meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri siswa melalui penemuan yang dilakukannya. d. Meningkatkan hubungan timbal-balik antara siswa dan guru. Kekurangan: a. Metode ini hanya cocok untuk kelas yang kecil. b. Siswa harus memiliki persiapan metal dalam proses belajar. c. Siswa lebih memperdulikan penemuannya ketimbang memperhatikan keterampilan dan sikap. d. Tidak semua penemuan dapat memecahkan masalah. 15. Metode Berbagi Peran Metode pembalajaran dengan cara berbagi peran (role playing) dilakukan dengan melibatkan siswa untuk memerankan suatu karakter atau situasi tertentu. Metode ini dapat melatih komunikasi siswa dalam berinteraksi dengan orang lain. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

61

Kelebihan: a. Siswa dapat mempraktikkan materi pelajaran secara langsung. b. Melatih rasa percaya diri siswa dengan melakukan peran tertentu di depan kelas. c. Siswa lebih memahami materi pelajaran. Kekurangan: a. Sebagian siswa tidak menyukai metode seperti ini. b. Siswa yang introvert umumnya sulit mengikuti metode role playing. C. Fungsi Metode Belajar Metode dalam kegiatan belajar memiliki fungsi tertentu. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, berikut ini adalah beberapa fungsi metode belajar: 1. Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik Motivasi adalah suatu dorongan di dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu, baik secara sadar maupun tidak sadar. Motivasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Suatu metode belajar dapat berperan sebagai alat motivasi dari luar (ekstrinsik) kepada siswa. Dengan begitu, maka siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. 2. Sebagai Strategi Pembelajaran Setiap siswa dalam kelas memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda, meskipun kelas tersebut diisi oleh siswa terbaik. 62

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Kemampuan intelegensi para siswa tersebut akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menyerap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan menerapkan metode belajar tertentu, setiap siswa dalam satu kelas dapat menangkap ilmu yang disampaikan oleh pengajar dengan baik. Dengan begitu, setiap guru harus mengetahui metode pembelajaran terbaik yang dapat diterapkan pada setiap kelas. 3. Sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan Metode belajar berperan sebagai fasilitas pendidikan yang berfungsi untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik. Dengan kata lain, metode pembelajaran adalah suatu alat agar siswa dapat mencapai tujuan belajar. Penyampaian materi pelajaran tanpa memperhatikan metode belajar dapat mengurangi nilai dari kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Selain siswa menjadi kurang termotivasi, tanpa adanya metode pembelajaran akan membuat pengajar kesulitan dalam menyampaikan materi pendidikan sehingga tujuan pengajaran tidak tercapai. D. Tujuan Metode Pembelajaran Pada dasarnya tujuan utama metode pembelajaran adalah untuk membantu mengembangkan kemampuan siswa secara individu sehingga mampu menyelesaikan masalahnya. Adapun beberapa tujuan metode belajar adalah sebagai berikut: 1. Untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan individualnya sehingga dapat mengatasi permasalahannya dengan terobosan solusi alternatif.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

63

2. Untuk membantu proses belajar mengajar sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara terbaik. 3. Untuk membantu menemukan, menguji, dan menyusun data yang dibutuhkan dalam upaya pengembangan disiplin suatu ilmu. 4. Untuk memudahkan proses pembelajaran dengan hasil yang baik sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai. 5. Untuk menghantarkan sebuah pembelajaran ke arah yang ideal dengan tepat, cepat, dan sesuai dengan yang diharapkan. 6. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dalam suasana menyenangkan dan penuh motivasi sehingga materi pembelajaran lebih mudah dimengerti oleh siswa.

64

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

BAB V MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

A. Pengertian Model Pembelajaran Creative Problem Solving Model Pembelajaran Creative Problem Solving – Menurut Karen

Pepkin

(2009:

3),

“Model

pembelajaran

Creative

Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan

masalah,

yang

diikuti

dengan

penguatan

keterampilan”. Sedangkan Menurut Pepkin (Muslich, 2007: 221),“creative

problem

solving

adalah

ketika

dihadapkan

dengan suatu pertanyaan atau permasalahan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya’’. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Dari pengertian model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) di atas dapat disimpulkan bahwa model Creative Problem

Solving

menekankan

(CPS)

kepada

adalah

model

keterampilan

pembelajaran

berpikir

siswa

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

yang untuk 65

menyelesaikan masalah serta mengembangkan ide-ide yang diperoleh untuk diungkapkan serta tidak menghafal. Tujuan Model Pembelajarann Creative Problem Solving Model Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan kreatifitas. Tujuan model Creative Problem Solving (CPS) menurut Hudojo (2008: 155) adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar pada hasil belajar, keaktifan dan keterampilan berpikir dan proses siswa. Adapun tujuan model creative problem solving sebagai berikut: Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa. Potensi intelektual siswa meningkat. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. B. Indikator Model Pembelajaran Creative Problem Solving Metode CPS dalam pembelajaran Matematika dapat diukur melalui beberapa indikator. Indikator merupakan sasaran yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. Indikator Menurut Pepkin (2012:63)

adalah Siswa mampu menyatakan

urutan langkah-langkah pemecahan masalah. Artinya siswa dapat membuat langkah-langkah proses pemecahan masalah dengan memperkirakan keadaan konteks soal.

66

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Adapun

langkah-langkah

dari

metode

pembelajaran

Creative Problem Solving (CPS) Menurut Pepkin (2009: 221) adalah sebagai berikut: 1. Klarifikasi masalah Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. 2. Brainstorming / Pengungkapan pendapat Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. 3. Evaluasi dan pemilihan Pada tahap evaluasi dan pemilihan, setiap kelompok mendiskusikan pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. 4. Implementasi Pada tahap ini siswa menentukaan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan maslah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesian dari masalah tersebut. Kelebihan dan kelemahan model Creative Problem Solving Kelebihan model Creative Problem Solving Pepkin (2012) adalah : 1. Siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah. 2. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif, rasional, logis, dan menyeluruh. 3. Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

67

4. Menimbulkan

keberanian

pada

diri

siswa

untuk

mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Kelemahan model Creative Problem Solving Menurut Pepkin (2012) adalah : 1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa itu tidak mudah. 2. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar yang banyak berpikir untuk memecahkan permasalahan secara individu maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan

berbagai

sumber

belajar

merupakan

tantangan atau bahkan kesulitan bagi siswa. 3. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama. 4. Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk menyampaikan bahan baru. 5. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar fisika di sekolah (Tao dalam Suma, 2006). Pengajaran dengan model pembelajaran pemecahan masalah di sekolah dapat membantu siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama sehingga mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari. Larson

(dalam

Suma

2006),

menyatakan

secara

umum tujuan pengajaran pemecahan masalah adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Selain sebagai tujuan, pemecahan masalah merupakan sarana memperdalam pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama, serta 68

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

membantu pebelajar untuk menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu pada berbagai persoalan (Tao dalam Suma, 2006). Pemecahan masalah juga dianggap sebagai metode pembelajaran, di mana siswa berlatih memecahkan persoalan. Persoalan dapat datang dari guru, suatu fenomena tertentu atau persoalan sehari-hari yang dijumpai siswa. Menurut Taylor (dalam Suyanto dkk., 2001) problem solving mengembangkan

kemampuan

anak

mengambil

keputusan.

Ada empat jenis pengetahuan yang dikembangkan dalam diri siswa melalui problem solving (Copley dalam Suyanto et al., 2001). Keempat pengetahuan tersebut ialah (1) deklaratif knowledge, (2) procedural knowledge, (3) schematic knowledge, dan (4) metacognitive knowledge. Declaratif knowledge adalah pengetahuan tentang fakta, terminologi, atau prinsip. Siswa mengetahui berbagai hal yang tidak ia ketahui setelah memecahkan masalah. Procedural knowledge adalah pengetahuan tentang prosedur atau cara. Schematic knowledge adalah skema tentang cara yang telah ditempuh dan dimiliki siswa setelah memecahkan persoalan. Metacognitive knowledge yakni memikirkan kembali hal-hal yang sudah dipikirkan sehingga seseorang bertanggung jawab terhadap apa yang dipikirkannya. Model pembelajaran pemecahan masalah dalam hal ini model pembelajaran pemecahan masalah kreatif (creative problem solving) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran pemecahan masalah dan keterampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan memecahkan masalah tersebut (Pepkin, 2004). Ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

69

tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Tyler (dalam Redhana, 2002) berpendapat bahwa pengalaman atau pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis diperlukan dalam rangka memecahkan suatu permasalahan sehingga diperoleh keputusan yang cepat dan tepat. Menurut Mitchell dan Kowalik (dalam Irma, 2008) crative problem solving adalah suatu cara berpikir dan bertindak dalam memecahkan suatu permasalahan. Kreatif (creative) adalah suatu ide dasar yang bersifat asli (orisinil), inovatif, efektif, dan komplek untuk menghasilkan suatu solusi yang memiliki nilai dan relevansi. Masalah (problem) adalah kesenjangan antara situasi nyata dengan kondisi yang diinginkan, situasi yang memiliki tantangan, dan mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban. Pemecahan (solving) dalam hal ini pemecahan masalah adalah penemuan jawaban dari masalah yang dihadapi. Jadi creative problem solving adalah suatu proses, metode atau sistem untuk mendekati suatu masalah dengan cara yang efektif dan efisien. Menurut Lavonen et al. (dalam Irma, 2008) keistimewaan dari model pembelajaran creative problem solving adalah menempatkan siswa pada situasi yang nyata, karena masalah yang dikemukaan merupakan tipe masalah yang ill defined, komplek dan bermakna, dengan pemecahan yang kreatif dari siswa. Hal ini sejalan dengan riset di bidang pendidikan yang menunjukkan bahwa sebuah teknik yang efektif untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving) adalah dengan membiarkan siswa

70

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

untuk menghadapi masalah-masalah yang terkait dengan isu-isu kompleks (ill-defined problem) sesering dan sedini mungkin yang terkait dengan bidangnya King dan Kitchener (dalam Irma, 2008) . Siswa dapat bekerja dalam tim (kelompok), berkolaborasi dan menunjukkan sikap yang profesional dalam mengkonfrontasikan masalah dengan situasi nyata yang seluas-luasnya Suatu soal yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan, siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh soal. Pada masalah siswa tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap

pemikiran,

memilih

strategi

pemecahannya,

dan

memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu masalah (Suyitno dalam Nuriana, TT. 2012). Masalah diberikan di awal pembelajaran, sehingga terkadang siswa belum memiliki informasi yang lengkap untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun demikian siswa harus menyelesaikan masalah dengan menggunakan solusi yang terbaik dari data yang tersedia. Siswa akan berusaha mengaitkan prinsip atau konsep fisika yang terkait untuk memecahkan permasalahan. Apabila ada konsep yang belum mereka peroleh sebelumnya yang berkaitan dengan pemecahan masalah, maka konsep itu akan dipelajari sendiri oleh siswa secara mandiri, sehingga siswa akan menjadi lebih ingat terhadap konsep yang mereka pelajari sendiri tersebut. Tipe dari proses yang melalui banyak tahapan ini (multistaged process) merupakan karateristik dari model pembelajaran creative

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

71

problem solving. Menurut Deluca, 1993; Fisher, 1990; Welch dan Lim, 2000 (dalam Lavonen dkk., 2002) tahapan tersebut adalah (1) merumuskan masalah, (2) mengaitkan masalah dengan dunia nyata, (3) meletakkan tujuan, (4) mengumpulkan banyak ide-ide, (5) mengevaluasi ide, (6) memilih dan menentukan solusi, dan (7) mengecek serta mengevaluasi hasil pemecahan masalah atau solusi. Segi-segi yang sangat penting dalam memecahkan masalah adalah

konstruksi

tentang

gambaran

masalah.

Sedangkan

tingkat kesuksesannya ditentukan oleh cara pengorganisasian pengetahuan. Untuk menyusun gambaran masalah (problem construction) seseorang harus memahami empat aspek masalah, yaitu; (1) initial state, (2) goal state, (3) operator, serta (4) keterbatasan dan kekuatan seseorang dalam mengatasi masalah Nirwana (dalam Irma, 2008) Initial state merupakan pemahaman yang komprehensip tentang kondisi saat mengalami masalah. Goal state merupakan hasil yang ingin dicapai oleh seseorang yang memecahkan masalah. Sedangkan operator adalah tindakan dalam memecahkan masalah. Kemampuan dan keterbatasan yang dimaksud adalah ketersediaan dan kemampuan dalam menggambarkan seluruh informasi yang diketahui tentang masalah. (Irma, 2008) Adapun proses dari model pembelajaran pemecahan masalah kreatif (creative problem solving), terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut. 1. Klarifikasi Masalah Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. Klarifikasi 72

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

masalah diperlukan karena penyelesaian terhadap suatu masalah sangat tergantung pada pemahaman terhadap masalah itu sendiri. Sekali masalah berhasil dirumuskan maka langkah berikutnya dapat dilalui dengan mudah. 2. Pengungkapan Pendapat Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam solusi/penyelesaian masalah. Siswa berusaha untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah. Untuk itu setiap siswa harus kreatif, berpikir secara divergen, dan memiliki daya temu yang tinggi. 3. Evaluasi dan Pemilihan Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau solusi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. Siswa meninjau kembali pendapatnya dengan memberikan penjelasan dari setiap pendapat yang diungkapkan, dengan demikian dapat dicoret strategi/ cara/penyelesaian yang kurang relevan. Pada tahap ini siswa menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang kritis, selektif, dengan berpikir secara konvergen. Siswa memilih alternatif terbaik yang digunakan sebagai solusi. 4. Implementasi Pada tahap ini siswa menentukan solusi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. Secara umun sintaks model pembelajaran CPS adalah sebagai berikut.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

73

Tabel 5.1 Sintaks Model Pembelajaran CPS Fase

Prinsip Reaksi

Klarifikasi Masalah

1. Memberikan penjelasan kepada siswa apabila mengalami kesulitan tentang masalah yang diajukan. a. Siswa mengklarifikasi masalah dan merumuskan masalah dalam kalimat sederhana. b. Guru membantu memberikan penjelasan kepada siswa apabila mengalami kesulitan tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.

Pengungkapan Pendapat

1. Mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. a. Mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.

74

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Evaluasi dan Pemilihan

1. Setiap kelompok mendiskusikan pendapatpendapat yang cocok untuk menyelesaikan masalah. a. Siswa meninjau kembali pendapatnya dengan memberikan penjelasan dari setiap pendapat yang diungkapkan dengan demikian dapat dicoret strategi/cara/penyelesaian yang kurang relevan 2. Memilih alternatif terbaik yang digunakan sebagai solusi. a. Siswa menggunakan pertimbanganpertimbangan yang kritis, selektif, dengan berpikir secara konvergen. b. Siswa memilih alternatif terbaik yang digunakan sebagai solusi.

Implementasi

1. Menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. a. Siswa mengimplementasikan pendapat yang dipilih untuk diterapkan sampai ditemukan pemecahan msalah yang diharapkan.

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

75

Secara

umum

fundamental

dari

pemecahan

masalah

kreatif (creative problem solving) adalah keseimbangan yang dinamis antara pemikiran divergen dan konvergen (Dorval, 1999). Dalam model pembelajaran creative problem solving, siswa dilatih untuk memikirkan berbagai macam solusi yang mungkin dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah, mengumpulkannya, dan akhirnya menemukan satu fokus solusi yang tepat untuk diimplementasikan dalam memecahkan suatu masalah secara kreatif.

76

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

BAB VI MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Guru yang professional adalah mengerti cara memberikan pelajaran anak sd dengan baik. Mereka dapat menyampaikan materi

secara

maksimal

kepada

siswa

sehingga

tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut memang bukan hal yang mudah. Hal ini mengingat bahwa anak sekolah dasar masih berada tahap yang masih kecil sekali. Kadangkala, ketika pembelajaran berlangsung, masih ada anak yang keluyuran di luar kelas atau menjahili temannya. Oleh karena itulah, guru perlu memiliki sifat sabar dan mempelajari model-model pembelajaran anak sekolah dasar. Mengajar sekolah anak dasar bukanlah hal yang mudah. Guru perlu sabar karena ini akan memengaruhi perkembangan siswa itu sendiri. Jika guru sering memperlihatkan kekerasan, maka siswa akan berkarakter sama dengan si pendidik. Akan tetapi, kalau kita mengajarkan sesuatu dengan cara yang baik, maka karakter mereka juga akan baik pula. Hal ini juga berlaku dalam proses pembelajaran pada anak sekolah dasar di dalam kelas. Saat seorang Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

77

guru memperlihatkan wajah seram di kelas, maka suasana belajar jadi menyeramkan. Berbeda dengan ketika guru tersebut selalu terlihat ramah dan tersenyum kepada siswa-siswanya. Guru perlu menciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa tidak merasa terbebani. Akan lebih bagus lagi jika guru juga menyampaikan materi dengan metode pembelajaran yang interaktif. Model pembelajaran anak sd juga bisa dikatakan sebagai desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa untuk bisa berinteraksi dengan aktif yang akan membuat mereka mengalami pengembangan diri. Kompetensi Yang Diharapkan Memahami peserta didik dengan: 1. Memanfaatkan prinsip perkembangan kognitif 2. Memanfaatkan prinsip kepribadian 3. Mengidentifikasi peserta didik 4. Mengidentifikasi

gaya

belajar

visual,

auditif,

dan

kinestesik 5. Membedakan teori belajar behavior, kognitif, kontruktivis dan sosial 6. Mendeskripsikn strategi pembelajaran Model Pembelajaran Anak Sekolah Dasar Model pembelajaran yang digunakan untuk anak SD harus disesuaikan dengan materi dan tingkat pendidikan yang dihadapi. Model pembelajaran mengenai pelajaran anak SD biasanya lebih bersifat menyenangkan. Di bawah ini adalah kecenderungan model pembelajaran matematika:

78

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

A. Pakemi Pakemi adalah singkatan dari pendidikan aktif kreatif dan menyenangkan islami. Model ini menuntut anak agar bisa aktif dan kreatif dan menanamkan nilai-nilai keislaman. B. CTL CTL atau Contekstual Teaching Learning adalah sebuah pembelajaran yang terdiri dari sejumlah kegiatan seperti konstruktivisme, bertanya, inkuiri, pemodelan, masyarakat belajar, refleksi serta penilaian. Metode ini menuntut anak juga untuk berpikir kreatif dengan membangun sendiri materi yang akan mereka dapatkan. Konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi, 2002). Tujuan komponen utama CTL: 1. Konstruktivisme Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal. Pembelajaran

harus

dikemas

menjadi

proses

“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. 2. Menemukan Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman dan Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis. 3. Bertanya Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

79

Bagi

siswa

yang

merupakan

bagian

penting

dalam

pembelajaran yang berbasis inquiry. 4. Masyarakat belajar Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar, Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri, Tukar pengalaman dan berbagi ide. 5. Pemodelan Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya 6. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Mengukur

pengetahuan

dan

keterampilan

siswa,

Penilaian produk (kinerja), dan Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual. 7. Refleksi Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, Mencatat apa yang telah dipelajari, Diskusi kelompok. C. Metode Collaborative Learning Metode ini disebut juga dengan belajar kolaboratif adalah kegiatan kelompok yang bekerja sama untuk memecahkan suatu masalah secara bersama untuk menempuh satu tujuan. D. Metode Quantum Learning Metode ini adalah metode yang bisa diandalkan untuk menanggulangi masalah yang paling sulit untuk diselesaikan di sekolah, yaitu kebosanan siswa.

80

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

E. Metode Realistic Mathematics Education (RME) Lima Karakteristik Utama dari Pendekatan RME 1. Menggunakan pengalaman siswa di dalam kehidupan sehari- hari 2. Mengubah realita ke dalam model, kemudian mengubah model melalui matematisasi vertikal sebelum sampai kepada bentuk formal 3. Menggunakan keaktifan siswa 4. Dalam

mewujudkan

matematika

pada

diri

siswa

diperlukan adanya diskusi, tanya-jawab 5. Adanya keterjalinan konsep dengan konsep, topik dengan topik sehingga pembelajaran matematika lebih holistik dari pada parsial (Ruseffendi, 2003). Teknik-Teknik Bimbingan Untuk Anak SD bisa dilakukan dengan sejumlah cara yakni : 1. Teknik Individual Directive Counseling : konselor akan membuka jalan pemecahanan yang dihadapi oleh anak Non-Directive Counseling : Prosedur ini yaitu pelayanan bimbingan difokuskan untuk anak-anak yang bermasalah. Elective Counseling : Dengan menggunakan teknik ini, pelayanan sendiri tidak dipusatkan pada pembimbing atau si klien, namun masalah yang dihadapi itulah yang perlu ditangani. Jadi, memang banyak sekali hal-hal yang bisa dilakukan untuk melakukan memberikan pelajaran anak SD. Ingat, bahwa anak sekolah dasar masih bersifat anak-anak dan tidak bisa Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

81

dikeraskan. Sekali-kali, berikanlah mereka suatu reward jika mereka bisa meraih ranking atau hasil yang bagus dengan membelikan mereka sebuah tas anak atau berbagai hadiah lainnya yang akan membuat mereka menjadi lebih bersemangat. Ketika mereka bersemangat, pendidik pun akan lebih mudah memberikan pelajaran anak SD.

82

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

DAFTAR PUSTAKA Daryanto, Mulyo Rahardjo. 2012. Model pembelajaran inovatif. Yoogyakarta: gava media Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka cipta. Hasibuan J.J. dan Moedjiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Hidayati,

dkk.2008.Pembelajaran

Pendidikan

SD.Jakarta:

Departemen Nasional. Isjoni. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Mufarrokah,

Anissatul.

2009.

Strategi

belajar

mengajar.

Yogyakarta: TERAS Nasution. (2011). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran; mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: rajawali Press. Slameto,2003 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta: Rineka Cipta. Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar Dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

83

84

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

INDEKS Comprehension 15, 16

A Achjar Chalil 8

Constructive 27

Aduktif 31

Course Review 44

Afektif 1, 3, 6, 15, 16, 17, 18, 20

Create 16

Affective 15

Crow & Crow 12

Allah Swt V

D

Amin Suyitno 24

Dahlan 24

Analysis 16

David Ausubel 9

Analyze 16

Debat 41, 58

Apply 16

Deskripsi 5, 24, 31

Arifin 11

Dimyati 2, 11, 83

Arikunto 18

Diskusi 31, 32, 33, 34, 36, 37,

Articulation 16

38, 41, 53, 54, 55, 81

Artikulasi 34

Divergen 73, 76

Asessment 17 Auditif 78 Authentic Assessment 27

B Bangsa V Behavior 3, 78

E Efektif 12, 24, 27, 31, 35, 39, 47, 48, 52, 54, 60, 70 Efesien 12 Eko Putro Widoyoko 17

Briggs 8, 10

Eksplorasi 2, 27, 28, 31

C

Evaluasi 17, 19, 42, 43, 67, 73,

Clark 21

Empiric 31 75 Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

85

Evaluate 16

27, 28, 33, 34, 35, 37, 38,

Evaluation 16

44, 45, 46, 53, 54, 58, 60, 66, 68, 71, 72

F

Inquiry 27, 60

Fakta 9, 28, 47, 49, 69

Intelek 2, 10

Fasilitas 10, 23, 58, 63

Intellectual 36, 39

Fisik V, 13, 18, 20, 22, 36

Interaksi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

Flipped Classroom 38

10, 11, 16, 18, 29, 30, 39, 56

G

Internal 6, 8, 39

Gagne 2, 5, 6, 7, 8 Guru 1, 2, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 17, 20, 21, 22, 23, 24, 29, 30,

J Jihad V, 2, 3

31, 34, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 48, 51, 52, 55,

K

56, 59, 61, 62, 63, 68, 69,

Kebajikan V

77, 78, 79, 80

Kecakapan 1, 2, 4, 20, 57 Kemahiran 5, 7, 10

H

Kemampuan 1, 5, 6, 7, 15, 16,

Heterogen 26, 32, 33, 36, 37, 48

17, 20, 21, 27, 28, 30, 36, 58, 61, 62, 63, 67, 68, 69, 72, 80

I

Kerjasama 24, 39, 58

Ide 30, 39, 44, 46, 47, 48, 60, 65, 68, 70, 72, 80 Ilmu V, 5, 7, 8, 10, 48, 56, 62, 63

Keterampilan 1, 2, 4, 5, 6, 24, 37, 57, 58, 61, 65, 66, 67, 69, 70, 79, 80 Keterbukaan 30, 39

Implementasi 67, 73, 75

Kimbleg 9

Improve 39

Kinestesik 78

Individu 1, 2, 3, 4, 12, 16, 29,

Knowledge 15, 16, 69

34, 63, 68, 70 Indonesia Ii, V, Vi

Knowles 11 Kognitif 1, 2, 5, 6, 9, 10, 15, 16,

Industrialisasi V

17, 18, 20, 30, 46, 47, 57,

Informasi 2, 7, 8, 9, 22, 24, 26,

61, 78

86

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Komalasari 12

69, 70, 78, 80

Kompetensi 15, 24, 27, 31, 34,

Model V, 23, 24, 25, 26, 27, 28,

37, 38, 40, 41, 42, 44, 45

29, 30, 31, 33, 36, 41, 49,

Konsep 2, 9, 17, 18, 26, 27, 28,

50, 65, 66, 67, 68, 69, 70,

29, 30, 31, 35, 38, 39, 40, 44, 46, 47, 68, 71, 81

71, 72, 73, 76, 77, 78, 81 Modeling 27

Kontrukstivisme 79

Mudjiono 2, 11, 83

Kontruktivis 78

Muhammad Saw V

Konvergen 73, 75, 76

Munif Chatib 8

Kooperatif 31 Krathwohl 16

N

Kreatif 39, 56, 67, 69, 70, 72,

Nabi V

73, 75, 76, 79

Naturalisasi 16

L

O

Larson 68

Oemar Hamalik 10

Learning Community 27

Optimal 21, 28, 50

Lingkungan 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 18, 20, 21, 24, 25,

P

50, 56, 78

Pandai 17, 37

Lorin Anderson 16

Pembelajaran Iv, V, Vii, Viii, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 18,

M

23, 25, 26, 27, 28, 29, 30,

Manusiawi 10

31, 34, 37, 39, 46, 47, 48,

Masalah 70, 71, 72, 74

50, 51, 52, 53, 55, 60, 61,

Melihat 4, 49, 54, 55

62, 63, 65, 66, 74, 78, 79,

Memahami V, 4, 16, 26, 46, 47,

83, 84

51, 54, 55, 60, 62, 67, 72,

Pengalaman 1, 3, 4, 7, 11, 12, 17, 23, 25, 26, 47, 70, 79,

74 Mengamati 4, 36, 42

80, 81 Pengetahuan V, 1, 2, 3, 4, 5, 7,

Mental 1, 3 Metode 15, 17, 28, 30, 49, 50,

12, 15, 16, 26, 30, 31, 34,

51, 52, 53, 54, 55, 56, 57,

37, 39, 48, 49, 52, 58, 60,

58, 60, 62, 63, 65, 66, 68,

69, 72, 79, 80

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

87

Penguasaan 5, 7, 10

Siswa 1, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13,

Performance 3

16, 17, 20, 21, 22, 24, 26,

Perlengkapan 10

27, 28, 30, 31, 34, 38, 48,

Phasing 49

51, 52, 53, 54, 55, 56, 57,

Practice 3

58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,

Precision 16

65, 66, 67, 68, 69, 70, 71,

Problem Posing 29

72, 73, 74, 76, 77, 78, 79,

Produk 11, 12, 30, 80

80, 81

Professional 77

Slavin 12, 25, 37

Psikologis 13

Snowball Throwing 42

Psikomotorik 1, 5, 16, 17

Solusi 38, 46, 47, 63, 70, 71, 72, 73, 75, 76

Psikomotorik 16 Psychology 4

Sosial 26, 29, 32, 49, 78 Stimulasi 2

Q

Strategi 26, 46, 48, 49, 50, 51,

Quantum Viii, 40, 80

67, 71, 73, 74, 75, 78

Questioning 27

Student Teams Achievement 33

Quiz 34

Sudirman 16 Sudjana 2, 10, 16, 20, 52

R

Sugandi 8, 13

Rahil Mahyuddin 10

Sugandi, Dkk 8, 13

Rasul V

Supriyono 24

Reciprocal Learning 35

Syah 12

Reflection 27

Syaiful Sagala 9, 25

Remember 16

Synthesis 16

S

T

Sanjaya 12

Tabiat 5, 7, 12

Scramble 37

Taksonomi Bloom 16

Sd 78, 81, 82, 83

Talking Stick 42

Sekolah Iv, V, 18, 78, 83, 84, 87

Team-Work 29

Sikap 1, 2, 4, 5, 6, 7, 12, 15, 20,

Tebak Kata 45

22, 58, 61, 71 Sintaks 49, 74 88

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Tingkah Laku 1, 2, 3, 4, 5, 7, 10, 12

Treffinger 39 Trianto 11, 25 Tugas 5, 26, 32, 36, 37, 39, 40, 43, 55, 80 Tuhan V, Vi

V Visual 53, 78 Visualization 36, 39

W Warsita 8 Wikipedia 13 Woolfolk 12

Y Yogyakarta Iv

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

89

90

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

TENTANG PENULIS

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., lahir di Tanete Harapan, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada 03 April 1990. sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Buah hati dari pasangan Mashudi dan Muliati. Penulis menyelesaikan pendidikan program sarjana pada tahun 2008-2012 di jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiah Universitas Islam Negeri Makassar lulus dengan gelar S. Pd.

Penulis

pascasarjana

kemudian

melanjutkan

pendidikan

program

di Universitas Negeri Makassar Program Studi

Pendidikan Matematika kekhususan Pendidikan Matematika Sekolah dengan gelar M.Pd. Penulis memulai karir sebagai dosen pada Program Studi PGSD STKIP Mega Rezky Makassar (Universitas Megarezky).

Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

91

Satriawati, S.Pd., M.Pd., lahir di Tanete Harapan, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada 01 Oktober 1991. sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Buah hati dari pasangan Mashudi dan Muliati. Penulis menyelesaikan pendidikan program sarjana pada tahun 2009-2014 di jurusan PGSD Kampus VI Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar lulus dengan gelar S.Pd. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan program pascasarjana di Universitas Negeri Makassar Program Studi Administrasi Pendidikan kekhususan Pendidikan Dasar dengan gelar M.Pd. Penulis memulai karir sebagai dosen pada Program Studi PGSD STKIP Mega Rezky Makassar sejak tahun 2014 sampai sekarang dan sejak 2019 berganti nama menjadi Universitas Megarezky.

Irman R., S.Pd., M.Pd., lahir di Watang Ponre, Kabupaten

Bone,

Sulawesi

Selatan,

pada

28

Desember 1988. Penulis menempuh pendidikan program sarjana di jurusan PGSD Kampus VI Fakultas

Ilmu

Pendidikan

Universitas

Negeri

Makassar lulus dengan gelar S.Pd. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan program pascasarjana di Universitas Negeri Makassar Program Studi Administrasi Pendidikan kekhususan Pendidikan Dasar dengan program bebas tes dan lulus pada tahun 2016 dengan gelar M.Pd. Penulis memulai karir sebagai dosen pada Program Studi PGSD STKIP Mega Rezky Makassar sejak tahun 2014 sampai sekarang dan sejak 2019 berganti nama menjadi Universitas Megarezky.

92

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd., lahir tanggal 17 April 1962 di Lisu Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Anak ke 3 dari 7 bersaudara dari pasangan Ayah La. Malalla dan Ibu I.Wellang. Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd. tumbuh ditengah keluarga petani dan mulai mengenyam pendidikan formal di SD Negeri Mangempang tamat

pada tahun 1975,

kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Barru tamat tahun 1979 selanjutnya tahun 1981 menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri Barru, dan tahun 1986 menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Matematika FPMIPA IKIP Ujungpandang. Setelah menyelesaikan pendidikan di S1 Jurusan Matematika, diberi tugas untuk mengajar di program S1 dan D3 Jurusan Pendidikan

Matematika

FPMIPA

IKIP

Ujungpandang

pada

tahun 1986 dan diangkat menjadi dosen di Jurusan Pendidikan Matematika sebagi CPNS tahun 1988. Dan pada tahun 1989 sudah diangkat menjadi PNS setelah melalui program praJaabatan. Pada tahun 1993 melanjutkan pendidikan pada Program Magister Pendidikan Matematika IKIP Surabaya selesai tahun 1997 dan pada tahun 2005 melajutkan program doktor pendidikan Matematika di UNESA Surabaya dan selesai tahun 2010. Dan mencapai gelar Professor tahun 2014. Jabatan yang pernah dipercayakan mulai kepala Laboratorium Pendidikan Matematika tahun 2001 sampai 2005, ketua Program Studi Pendidikan Matematika tahun 2010 sampai dengan 2011, kemudian tahun 2012 diangkat menjadi wakil Dekan bidang Administrasi dan keuangan FMIPA UNM tahun 2012 sampai 2015 dan diangkat menjadi Dekan FMIPA tahun 2015 sampai dengan 2019. Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

93

Setelah selesai program doktor aktif meneliti dan tahun 2019 diberi kepercaan dari DRPM untuk masuk kelompok penelitian WCR (world class research), disamping itu juga aktif melakukan Pengabdian Pada Masayarakat dan aktif menulis buku bersama Tim, antara laian buku yang ditulis Analisis Kompleks, Geometri Analitik Datar, Kalkulus Lanjut dan yang terakhir Dasar-dasar Pemrograman website PHP-MySQL.

Prof. Dr. Nurdin Arsyad, M.Pd., lahir di Kecamatan Sape Kabupaten Bima, anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Ayah bernama Arsyad (Almarhum)

dan

Ibu

bernama

Siti

Aminah

(Almarhumah). Penulis lahir dan tumbuh di tengah keluarga petani dan mulai mengenyam pendidikan sekolah dasar pada tahun 1974 di SDN No.2 Sape dan berhasil tamat dengan peringkat III pada tahun 1980. Dengan bekal peringkat III SD, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Sape dengan fasilitas bebas tes dan berhasil tamat dengan peringkat I pada tahun 1983. Dengan bekal peringkat I SMP, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Bima dengan fasilitas bebas tes dan berhasil tamat dengan peringkat I pada tahun 1986. Setamat SMA, penulis berhasil diterima pada Program Studi D3 Pendidikan Matematika IKIP Ujungpandang dengan jalur PMDK dan berhasil tamat pada tahun 1989 dengan predikat peringkat I tingkat Institut, sehingga mendapat kesempatan melanjutkan pada program S1 Pendidikan Matematika dan berhasil tamat pada tahun 1991 dengan predikat peringkat I tingkat Institut. Setamat program sarjana, penulis mendapat rekomendasi dari 94

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Dekan FPMIPA IKIP Ujungpandang untuk diangkat menjadi tenaga edukasi di Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP Ujungpandang dan memperoleh SK CPNS melalui jalur TID. Setelah 2 (dua) tahun mengabdi, pada tahun 1994 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan S2 di IKIP Surabaya dan berhasil tamat pada tahun 1997. Pada tahun 2001 penulis

mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan S3 di

Unesa Surabaya dan tamat pada tahun 2007. Akhirnya pada tahun 2009, penulis mendapat kepercayaan dari pemerintah RI menyandang jabatan fungsional Guru Besar Bidang Pendidikan Matematika. Penulis

memulai

karir

sebagai

dosen

pada

Jurusan

Matematika FMIPA UNM Makassar sejak tahun 1992 hingga sekarang. Di samping itu, penulis pernah mengabdi sebagai Dosen LB pada Program Sarjana dan Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Dosen LB pada Program Sarjana dan Pascasarjana Unismuh Makassar, Dosen LB pada STIMIK Handayani Makassar, Dosen LB pada STIMIK Karisma Makassar, Ketua Unit P3MP Jurusan

Matematika FMIPA UNM, Ketua Program studi S1

Pendidikan Matematika FMIPA UNM, Ketua Program studi S2 Pendidikan Matematika PPs UNM, dan Instruktur sertifikasi guru jalur PLPG/PPG, dan Instruktur Program PEKERTI dan Program AA UNM Makassar. Selama karier penulis sudah menulis beberapa diktat dan buku, baik yang dipublikasikan maupun yang dipakai dalam lingkungan sendiri. Beberapa dari karya beliau adalah (1) Buku Model

Pembelajaran

Menumbuhkembangkan

Kemampuan

Metakognitif (ISBN: 978-979-3570-88-4 Tahun 2016), (2) Editor Buku Pengantar Analisis Real (ISBN: 978-602-5717-82-6 Model-Model Pembelajaran di Sekolah Dasar

95

Tahun 2019) (3) Buku Ajar Pengantar Teori Fuzzy (2008), dan (4) Diktat Kalkulus Integral (2010). Selain itu penulis sudah sering mempulikasikan karya ilmiah melalui jurnal ilmiah nasional terakreditasi/terindeks dan jurnal internasional terindeks.

96

Jusmawati, S.Pd., M.Pd., dkk.

Data Loading...